Gejala Anemia pada Anak
Dyah Soekasto | 28 Desember 2020
Keliru bila menganggap anemia hanya dapat dialami oleh orang dewasa, pada kenyataannya, anak-anak juga rentan mengalaminya. Dampaknya pun cukup luas cakupannya, mulai dari anak menjadi mudah lelah hingga mengganggu konsentrasi belajar anak. Sayangnya, gejala anemia pada anak kerap terabaikan.
Secara umum anemia disebabkan oleh tiga hal, yakni kehilangan sel darah merah, ketidakmampuan tubuh untuk membuat cukup sel darah merah, dan penghancuran sel darah merah yang abnormal.
Menurunnya sel darah merah atau kadar hemoglobin bisa disebabkan oleh;
- kelainan pada sel darah merah (bersifat diturunkan)
- adanya infeksi
- obat-obatan tertentu
- kekurangan vitamin dan mineral tertentu (dari makanan sehari-hari).
Kondisi yang membuat anak berisiko anemia;
- berat badan lahir rendah pada bayi
- bayi prematur
- kurang gizi
- kekurangan zat besi atau beberapa vitamin serta mineral
- tindakan operasi atau kecelakaan yang menyebabkan banyak kehilangan darah
- penyakit infeksi kronis, penyakit ginjal atau hati
- ada riwayat keluarga.
Apa saja gejala anemia pada anak?
Sebagian besar gejala anemia disebabkan oleh kekurangan oksigen di dalam sel darah merah. Berikut adalah gejala yang paling umum;
- denyut jantung meningkat
- sesak napas, atau kesulitan bernapas
- kurang energi, atau mudah lelah
- pusing terutama saat berdiri
- sakit kepala
- sifat lekas marah
- pada remaja putri siklus haid tidak teratur
- tidak haid atau tertunda
- lidah sakit atau bengkak
- kulit, mata, dan mulut kuning
- limpa atau hati membesar
- pertumbuhan dan perkembangan lambat
- penyembuhan luka lambat.
Pada anak yang berada di bangku sekolah, anemia menyebabkan keluhan sulit belajar dan berkonsentrasi di kelas. Akibatnya, anak sering dianggap malas belajar dan kurang memerhatikan penjelasan guru di sekolah.
Untuk memastikan apakah anak mengalami anemia, disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah secara rutin, yakni memeriksa kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit. Ini merupakan tes skrining pertama untuk mengetahui adanya kondisi anemia. Tes lain adalah tes hitung darah lengkap, untuk mengetahui jumlah sel darah merah dan darah putih, trombosit dan sel darah merah muda.
Perbaiki pola makan anak
Beberapa jenis anemia diturunkan dan tidak dapat dicegah, namun umumnya anemia yang banyak terjadi adalah anemia defisiensi zat besi. Kondisi ini dapat dicegah dengan memastikan anak Anda mendapat cukup zat besi dalam makanannya.
Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Demikian juga untuk anemia. Ada beberapa catatan penting untuk mencegah hal ini terjadi pada anak:
- Bayi ASI sebaiknya disusui dengan baik sesuai kebutuhannya agar mendapatkan zat besi yang mencukupi dari ASI.
- Hindari pemberian susu formula untuk anak di bawah 1 tahun. Susu sapi tidak memiliki cukup zat besi.
- Saat anak sudah mendapatkan makanan padat, perhatikan komposisi makanannya. Beri anak makanan kaya zat besi.
- Makanan kaya zat besi antara lain biji-bijian, sereal yang diperkaya zat besi, kuning telur, daging merah, kentang, tomat, dan kismis.
Anak yang didiagnosis menderita anemia kadang juga perlu diberikan suplementasi zat besi, namun pemberian suplementasi ini juga harus diberikan atas resep dari dokter.
Referensi: