PSIKOLOGI ANAK

Mencegah Anak Tantrum

Amarah adalah bagian normal dari pertumbuhan seorang anak. Namun bila ‘ledakan’ amarah (temper tantrum) melebihi batas, apa yang dapat orang tua lakukan?

Dyah Soekasto | 28 Desember 2020

Suatu hari Anda mengajak balita Anda berbelanja di toko swalayan, tiba-tiba ia merengek meminta dibelikan sesuatu. Dalam hitungan detik setelah Anda mengatakan tidak, Si Kecil berteriak marah tak terkendali. Bagaimana cara mencegah temper tantrum pada anak, terutama di area publik?

Mengapa anak tantrum?

Tantrum adalah ledakan emosi pada anak yang ditandai dengan menangis, sikap keras kepala, berteriak, membangkang, atau marah. Tantrum termasuk bagian dari perkembangan anak yang tengah berusaha menunjukkan perasaan kesalnya.

Biasanya tantrum terjadi karena balita belum mampu mengatakan perasaannya melalui kata-kata. Tantrum muncul saat kemampuan berbahasa anak belum berkembang dengan baik. Rasa frustrasi anak dapat memicu ledakan amarahnya.

Apa saja pemicunya?

Ada beberapa kondisi anak tantrum yang dapat menjadi pertanda bagi orang tua, antara lain;

  • merasa lelah
  • lapar
  • tidak enak badan
  • menghadapi transisi (suatu perubahan).

Mencegah anak tantrum

Memang tidak mudah mencegah anak tantrum, butuh pembiasaan yang konsisten dari orang tua. Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengarahkan anak agar anak tidak menunjukkan temperamen buruk, terutama di area publik, bahkan pada anak-anak yang paling kecil sekalipun.

Buat dan terapkanlah rutinitas harian anak, termasuk waktu tidur siang dan tidur malam. Emosi seorang anak bisa menjadi pendek jika tidak memiliki cukup istirahat.

Komunikasikan dengan anak tentang rencana kegiatan hari ini. Jika Anda hendak mengajak anak ke luar rumah, pastikan ia tidak sedang lapar atau lelah. Jika Anda terpaksa membawanya mengantre, siapkan mainan kecil atau makanan ringan dan posisikan anak di tempat yang nyaman.

Biarkan anak menentukan pilihan yang sederhana, misalnya; "Ade mau pakai baju merah atau baju biru?"

"Mau stroberi atau pisang?" "Mau baca buku atau menyusun balok?" Meski kelihatan sepele, hal ini akan membuat anak merasa memiliki kendali atas diri mereka sendiri.

Berikan anak pujian serta apresiasi saat ia melakukan sesuatu dengan benar. Peluk anak dan ungkapkan betapa Anda sangat bangga padanya. Saat anak kelihatan akan tantrum, ingatkan bahwa kemarin dia bisa menjadi anak yang baik karena mampu mengendalikan emosinya.

Saat wajah anak mulai berkerut dan memerah, ambil buku kesukaanya, atau ajak anak berjalan-jalan ke taman sebelum keadaan berubah menjadi amukan besar. Terkadang, humor adalah cara terbaik untuk mengalihkan perhatian dan mencegah anak tantrum. Perlihatkan mimik lucu Anda, ceritakan lelucon, atau ajak anak ‘perang bantal’ untuk mengalihkan sesuatu yang membuatnya kesal.

Hindari situasi yang bisa memicu tantrum. Jangan berikan mainan yang terlalu canggih untuknya, yang dapat membuatnya kesal. Jika Anda mengajaknya makan di restoran, pilih restoran cepat saji agar tak menunggu lama.

Cara terbaik untuk menanggapi amukan anak adalah dengan tetap tenang. Jika Anda merespons dengan marah anak justru mungkin meniru perilaku Anda. Hindari berteriak agar anak tenang karena malah cenderung memperburuk keadaan.

Perilaku tantrum biasanya akan berhenti dengan sendirinya saat anak memasuki usia 4 tahun. Namun jika anak sering menyakiti diri sendiri atau orang lain, konsultasikan segera dengan dokter anak untuk memastikan tidak ada gangguan yang serius.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan