Gruezi* Zurich!
Meninaputri Wismurti | Foto: Meninaputri Wismurti | 7 November 2019
Swiss memang ‘beruntung’. Pada Perang Dunia II, Hitler memandang remeh Swiss yang berukuran kecil dan berniat menghancurkan Swiss setelah menguasai Eropa. Namun sejarah mencatat bahwa Hitler berhasil ditaklukkan di Perancis, dan ini artinya juga menyelamatkan Swiss dan salah satu kota tertua di Eropa, Zurich.
Didirikan di Zaman Romawi Kuno pada abad ke-15 SM dengan nama Turicum, Zurich bak seorang ‘nenek tua’ yang tetap seksi dan glamor. Seksi karena keindahan lekuk kotanya dan glamor karena biaya hidupnya yang cukup tinggi. Namun Zurich tetap seru dijelajahi karena banyak situs menarik dan murah. Asal kita mau berjalan kaki dengan santai sambil menghirup udara segar bebas polusi dan membakar lemak di perut.
Aldstatt, jantung sang ‘nenek tua’
Aldstatt (kota tua) adalah jantungnya Zurich. Aldstatt terletak di antara Stasiun KA Utama Zurich dan Danau Zurich, serta di sepanjang sungai Limmat. Di kota ini ada sisa-sisa Kerajaan Romawi Kuno bernama Lindenhoff, tempat tinggal rakyat dan prajurit Romawi Kuno sebelum berubah menjadi Kerajaan Carolingian (cikal bakal Swiss). Sampai sekarang, masih banyak ditemukan rumah-rumah tua di sekeliling situs ini.
Kita juga bisa melihat Rathaus (balai kota) yang menjadi pusat pemerintahan Zurich, Limmatquai (area Limmat) yang merupakan area transportasi yang dihubungkan dengan enam jembatan besar dan dua jembatan penyeberangan. Di Aldstatt terdapat satu area perbelanjaan luas bernama Lindenhoff yang terkenal. Merasa lapar? Kita dapat mendatangi warung 'kaki lima' Sternen Grill (bintang panggang) yang menyajikan makanan khas Swiss-Jerman yaitu Bratwurst (roti isi sosis).
Pasangan abadi, Grossmuenster dan Fraumuenster
Ketika Turicum berubah menjadi Zurich, agama Kristen Reformasi pun mendominasi kota ini. Berdirilah gereja Grossmuenster (The Great Minster) dengan dua menara yang terletak di dalam Aldstatt dan menjadikannya landmark ternama Zurich. Dibangun di tahun 1100 dengan gaya Roma oleh Raja Charlemagne, menjadikan Grossmuenster sebagai salah satu gereja Protestan yang perlu dikunjungi di Swiss.
Gereja Fraumuenster (The Women's Minster) dengan menara hijaunya adalah gereja yang didedikasikan Raja Louis the German untuk putri kesayangannya Hildegard. Dibangun pada tahun 853, gereja ini awalnya dikhususkan untuk kaum putri ningrat. Di dalam gereja ini terlihat ukiran mosaik di jendela yang dibuat seniman Rusia terkenal, Marc Chagall, yang menggambarkan kisah-kisah Nabi Musa, Nabi Yakub, Yesus Kristus dan juga Zion, sang malaikat maut.
Museum hopping (Rietberg dan Swiss National Museum)
Museum Rietberg merupakan satu-satunya museum di Swiss yang tidak menampilkan segala macam bentuk seni dari Eropa, melainkan kaya akan koleksi dari Amerika, Afrika, Asia dan Oceania. Koleksi topeng suku pedalaman di benua Afrika menarik minat saya karena mirip dengan koleksi topeng Indonesia Timur. Lokasinya di Zurich Sentral dekat Stasiun KA Zurich Enge yang bisa dicapai sekitar 15-30 menit dengan tram line no #7 atau bus line #33.
Swiss National Museum (Landesmuseum) terletak di dekat stasiun KA utama Zurich (Hauptbahnhoff) tak jauh dari Aldstatt. Bangunannya berupa kastil, lengkap dengan menara tinggi. Museum ini merupakan salah satu museum terpenting di Eropa karena memiliki koleksi Abad Pertengahan yang mengagumkan. Buat Anda yang ingin tahu mengenai kehidupan ksatria Eropa dengan baju zirah dan senjatanya, tempat ini memiliki koleksi lengkap dari seluruh Negara di Eropa.
Dengan kurs Swiss Franc (CHF) saat ini yang setara dengan Rp14.100, liburan ke Zurich memang membuat kita harus merogoh kocek lebih dalam. Namun percayalah, perjalanan ke kota ini benar-benar pantas untuk harga yang dikeluarkan.
(*Halo dalam bahasa Swiss-Jerman)