Irritable Bowel Syndrome
Desi Hariana | 21 Juni 2024
Usus kita yang disebut bowel, dapat mengalami gangguan yang dinamakan IBS. Beberapa gejalanya antara lain perut keram, kembung, sembelit, atau diare. Anak-anak yang mengalami IBS umumnya merasa tidak tuntas saat BAB atau merasa ada gas yang terperangkap di dalam perutnya dan sulit keluar. IBS dapat membuat anak menjadi rewel atau bahkan kesakitan.
Apa yang terjadi saat anak mengalami IBS?
Usus besar kita (kolon) memiliki tugas untuk menyerap air dan zat gizi dari makanan yang baru setengah dicerna dari usus kecil. Bahan-bahan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh akan dikeluarkan menjadi kotoran (feses). Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, otot usus besar dan seluruh tubuh harus bekerjasama dengen baik. Jika terjadi keterlambatan atau percepatan pergerakan usus besar, maka kita dapat mengalami IBS.
Tidak ada yang mengetahui secara pasti mengapa seseorang mengalami IBS, bisa saja karena faktor riwayat keluarga, pola makan, jenis makanan, atau karena stres. Memang benar stres dapat menjadi pemicu IBS, namun bukanlah satu-satunya masalah yang menjadi penyebab IBS.
Gejala Irritable Bowel Syndrome
Biasanya, anak-anak yang mengalami IBS memiliki pencernaan yang memang sensitif. Apa saja gejala dari IBS ini? Sebagian anak ada yang mengalami diare terus menerus, ada juga yang kebalikannya, mengalami konstipasi berhari-hari. Setiap anak mengalami gejala yang berbeda-beda.
Berikut adalah beberapa gejala dari IBS yang sering muncul pada anak:
- diare
- sembelit
- diare bergantian dengan sembelit
- sering buang angin (flatulen)
- kembung
- lendir pada feses
- mual
- muntah
- berat badan menurun
- pergerakan usus yang tiba-tiba
- sensasi belum tuntas setelah BAB.
Cara mengatasi dan mencegah IBS
Berita baiknya, IBS ini tidak akan menyebabkan kerusakan pada usus anak, namun tetap saja perlu diatasi karena dapat membuat anak tidak merasa nyaman. Dokter akan mencari tahu riwayat penyakit anak, termasuk riwayat keluarga. Pada umumnya anak anak menjalani latihan untuk mengosongkan usus atau BAB di waktu-waktu tertentu setiap harinya sehingga dapat menjadi kebiasaan yang baik.
Selain itu, bagi anak yang mengalami diare dapat diberikan obat diare atau apabila sembelit maka akan diberikan laksatif atau obat pencahar, namun tidak dalam waktu lama. Pemberian obat diare atau pencahar dalam waktu lama dapat mengakibatkan ketergantungan atau gangguan sampingan akibat kandungan obat tersebut.
Dalam menghindari IBS pada anak, perhatikan kondisi mental anak, perhatikan juga apakah ada makanan atau pola makan yang dapat menjadi pencetusnya, seperti makan terlalu banyak, makan makanan pedas dan tinggi lemak, cokelat, atau susu dan turunannya.
Segeralah hubungi dokter anak Anda apabila anak memperlihatkan perubahan pada pola BAB selama dua minggu berturut-turut, atau apabila anak mengalami sakit dan ada lendir maupun darah di fesesnya.
Referensi: