Jika Hasil Tes Positif COVID-19
Dyah Soekasto | 22 April 2020
Anda merasa panik kala dinyatakan positif COVID-19? Itu wajar. Pada saat pandemi seperti saat ini, masalah privasi harus diimbangi dengan upaya untuk melindungi orang lain. Yang pasti Anda harus jujur dengan hasil tersebut. Akibat ketidakjujuran seorang pasien, puluhan tenaga medis dapat terpapar virus COVID-19 dan ini sungguh memprihatinkan.
Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI pada 3 April 2020 merilis langkah-langkah yang perlu dilakukan ketika hasil tes COVID-19 positif. Berikut panduannya;
Jika hasil tes positif COVID-19, ada tiga kemungkinan;
- Tetap sehat tanpa gejala.
- Sakit ringan; demam tidak tinggi, batuk karena kelelahan, masih dapat beraktivitas.
- Sakit berat; demam tinggi, sesak napas, tidak dapat beraktivitas, terdapat penyakit lain.
Jika hasil tes positif COVID-19, namun tanpa gejala:
- Tubuh Anda sehat, dan kuat melawan virus.
- Isolasi diri Anda di rumah agar virus tidak menular ke orang lain.
- Jangan panik dan tidak perlu ke rumah sakit.
- Perbanyak konsumsi makanan sehat.
- Lakukan hal di atas selama minimal 14 hari, karena virus dapat dilemahkan dalam waktu kurang lebih 14 hari (masa inkubasi virus).
Jika hasil tes positif COVID-19, dengan sakit ringan:
- Isolasi diri di rumah agar virus tidak menulari orang lain.
- Jangan panik dan tidak perlu pergi ke rumah sakit.
- Hubungi hotline COVID-19 di 119 extention 9.
- Minum parasetamol, jangan obat lain kecuali dengan resep dokter.
- Perbanyak konsumsi makanan sehat dan vitamin.
- Gunakan masker saat bertemu orang lain (bila sangat terpaksa).
- Bila kondisi memburuk, hubungi rumah sakit agar ambulans segera datang menjemput.
Jika hasil tes positif COVID-19, dengan sakit berat:
- Jika mengalami demam tinggi (>38oC, disertai sesak napas berat, tidak dapat beraktivitas, lemah badan, muntah terus, bahkan sampai tidak sadarkan diri).
- Periksakan diri ke rumah sakit rujukan COVID-19.
- Perbanyak konsumsi makan sehat dan vitamin.
- Gunakan masker saat bertemu orang lain.
Pasien dengan kondisi seperti ini membutuhkan penanganan serius dengan prioritas utama.
Referensi:
http://pusatkrisis.kemkes.go.id/