Kebiasaan Menahan Makanan di Mulut
Anissa Aryati | 24 Juni 2021
Sudah hampir setengah jam ibu menyuapi Si Kecil makan, tapi makanan di piring tak kunjung habis. Ia masih saja menahan makanan di mulut dan tak juga menelannya. Waktu ibu tersita banyak hanya untuk menyuapi Si Kecil. Keadan ini membuat ibu merasa serba salah. Jika tidak disuapi anak tidak mau makan, tapi saat menyuapi pekerjaan ibu yang lain jadi terbengkalai.
Gemas rasanya melihat Si Kecil yang hanya menahan makanan di mulut saja. Ibu coba menegur dan memarahi anak, tetapi ia tetap saja dengan kebiasaannya itu. Lalu, apa yang harus dilakukan?
Sebab kebiasaan memamah/mengemut
Kebiasaan menahan makanan di mulut alias memamah atau ‘mengemut’ sebenarnya bukan hal yang aneh. Sebutan pipi tupai kerap disematkan pada anak-anak yang mempunyai kebiasaan ini karena menyimpan makanan di pipi dan gusi bagian depan juga belakang, mirip tupai.
Kebiasaan menahan makanan di mulut erat kaitannya dengan gangguan makanan yang dikenal sebagai ‘pocketing food’. Hal ini biasa ditemukan pada anak-anak berusia 1-2 tahun atau bahkan di usia 5 tahun.
Banyak sebab yang membuat anak memiliki kebiasaan menahan makanan di mulut, dari penyebab umum hingga yang mengarah pada suatu gangguan penyakit. Berikut adalah beberapa diantaranya:
- Anak tidak menyukai rasa dan tekstur makanan sehingga tidak mau menelan makanan.
- Anak merasa menyukai makanan yang ia makan dan merasa nyaman menahannya di mulut serta tidak ingin buru-buru menelannya.
- Porsi makanan yang masuk ke mulut terlalu banyak sehingga untuk menelan secara bersamaan tidak memungkinkan.
- Makanan yang dikonsumsi anak terlalu keras dan butuh waktu untuk melunakkan makanan tersebut
- Ukuran makanan yang masuk ke anak terlalu besar dan tidak dipotong. Anak berusaha membelahnya sendiri dan menelan sedikit demi sedikit makanan tersebut sehingga masih ada sisa di mulutnya.
Selain hal-hal di atas, ada juga penyebab yang berhubungan dengan masalah medis atau psikologis. Dr. Alaina Everitt, PhD dari Texas, Amerika Serikat, seorang psikolog berlisensi, mengatakan bahwa kebiasaan menahan makanan di mulut atau mengantongi makanan dimulai sejak anak-anak masih kecil. Hal ini mungkin disebabkan karena anak baru memulai proses belajar memegang dan meludah atau bisa disebabkan faktor lain. Contohnya anak menolak makanan tersebut atau mengalami gangguan seperti halnya refluks yang tidak disadari orangtua.
Sebab lain anak suka menahan makanan di mulut juga biasanya dilakukan oleh anak picky eater, atau anak yang mengalami masalah dengan proses sensorik dan motorik mulut. Dalam suatu studi ditemukan bahwa perilaku makan atipikal berupa hipersensitivitas terhadap tekstur makanan atau mengantongi makanan tanpa menelan, dialami setidaknya 70% anak-anak dengan autisme.
Apa yang bisa dilakukan orangtua
Memamah atau mengemut dalam frekuensi yang sering dan jangka waktu lama sudah pasti akan berpengaruh pada gusi dan gigi. Untuk mengurangi risiko tersebut, ada baiknya orangtua mencoba mengenali selera makan anak, untuk menyuapi anak orangtua juga perlu menakar porsi yang hendak diberikan pada anak serta memberikan potongan dalam ukuran yang lebih kecil.
Jika kebiasaan menahan makanan di mulut ini mulai dianggap tak wajar, orangtua perlu bantuan tim baik dokter, psikolog, terapis makan atau ahli diet untuk membantu agar kebiasaan buruk ini dapat segera teratasi.
Referensi: