Kegunaan Tes Pencitraan pada Pemeriksaan Dokter
Desi Hariana | 17 Juli 2024
Tes pencitraan pada pemeriksaan dokter sering kali diperlukan untuk mengetahui kondisi organ tubuh kita yang tentunya sulit dilihat dari luar. Setiap jenis pemeriksaan menggunakan teknologi terkini untuk menghasilkan gambar atau citra (image) yang dapat membantu dokter menentukan diagnosis atau tindakan invasif yang harus dilakukan.
1. Rontgen (X-Ray)
Menggunakan mesin yang mengeluarkan sinar-X untuk menangkap gambar dari bagian dalam tubuh. Sinar-X digunakan untuk menembus jaringan tubuh dan menghasilkan gambar dua dimensi.
Digunakan untuk: mendeteksi patah tulang, cedera, infeksi, atau keberadaan benda asing di dalam jaringan lunak. Bisa juga didahului dengan penggunaan cairan kontras (contrast agent) untuk pemeriksaan jantung, paru, dan pembuluh darah untuk memperjelas pembacaan hasilnya.
2. CT (computed tomography) Scan
Cara kerjanya mirip dengan rontgen namun pasien akan diminta berbaring di mesin yang berputar, mengambil rangkaian gambar dari berbagai sudut, yang nantinya akan diolah untuk menghasilkan gambar tiga dimensi.
Digunakan untuk: mendeteksi kemungkinan kanker, patah tulang, dan kondisi internal lainnya. Bisa juga membantu prosedur medis yang sedang berlangsung, untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan setelah melihat kondisi pasien.
3. MRI (magnetic resonance imaging)
Berbeda dengan rontgen dan CT Scan, MRI tidak menggunakan zat radioaktif, namun arus magnetik kuat dan gelombang radio. Pasien akan berbaring dan masuk ke dalam mesin yang tertutup, mesin ini mengirimkan gelombang radio dan menerimanya kembali dari tubuh.
Digunakan untuk: mendeteksi kondisi keparahan kanker, cedera otak, atau masalah pada tulang belakang.
4. PET (positron emission tomography) Scan
Menggunakan zat radioaktif yang disebut dengan tracer untuk melihat aktivitas seluler di dalam tubuh. Tracer ini biasanya berupa senyawa gula yang diberi tanda radioaktif.
Digunakan untuk: melihat bagaimana organ dan jaringan tubuh berfungsi, seperti mendiagnosis kanker, respons tubuh terhadap pengobatan, dan memantau prosedur medis.
5. USG (ultrasonografi)
Alat yang sering dipakai untuk mengetes kondisi janin di dalam rahim Ibu. USG dipergunakan karena karena menggunakan gelombang suara, sehingga lebih aman. Dokter akan menggunakan transducer yang digerakkan dengan tangan untuk mengirimkan gelombang suara, dan gelombang ini akan dipantulkan kembali dari tubuh.
Digunakan untuk: mendeteksi kondisi kehamilan, kanker, atau masalah organ internal seperti ginjal atau hati.
6. Fluoroskopi
Menggunakan sinar-X untuk menampilkan gambar organ tumbuh dalam format video. Dalam hal ini, pasien akan diminta untuk menerima injeksi cairan kontras terlebih dahulu.
Digunakan untuk: mendeteksi patah tulang, cedera, dan masalah pada saluran pencernaan.
7. Fibroscan
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara seperti halnya USG, dokter menggunakan alat yang disebut dengan probe.
Digunakan untuk: mengukur kepadatan jaringan parut di hati, mendiagnosis sirosis yaitu kondisi sel-sel hati yang mati atau rusak dan menghasilkan jaringan parut.
Pada dasarnya, semua tes pencitraan pada pemeriksaan dokter digunakan untuk membantu mendiagnosis suatu penyakit, serta menangani berbagai kondisi kesehatan yang mungkin dialami oleh pasien. Dengan penggunaan tes pencitraan ini, dokter akan dapat melakukan pemeriksaan dengan lebih seksama dan teliti, sehingga meminimalisir terjadinya salah diagnosis atau penanganan pada pasien.
Namun hal yang perlu diingat adalah berbagai tes ini juga perlu kehati-hatian dalam penggunaannya, terutama bagi ibu hamil yang sebaiknya menghindari tes pencitraan yang menggunakan zat radioaktif, atau pastikan Anda tidak mengalami alergi dari cairan kontras yang digunakan sebelum tes pencitraan. Sebaiknya sampaikan segala hal yang perlu diketahui dokter sebelum menjalani tes pencitraan ini.
Referensi: