Mengatasi Perilaku Buruk Anak Secara Efektif
Desi Hariana | 17 Juli 2024
Anak malas mengerjakan tugasnya, marah ketika kalah saat bermain, berulah ketika tidak diberikan hal yang diinginkan, senang mengganggu kakak atau adiknya, berteriak-teriak, dan lain sebagainya. Sebagai orangtua tentunya kita perlu mengetahui cara untuk mengatasi perilaku buruk ini agar anak dapat mengembangkan karakternya menjadi lebih baik.
Apa yang bisa kita lakukan?
Mengatasi perilaku buruk anak memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, membutuhkan usaha yang kuat dari orangtua, serta konsistensi. Hal-hal apa saja yang bisa dilakukan orangtua dalam mengatasi perilaku buruk anak secara efektif? Berikut beberapa diantaranya:
1. Buat batasan yang jelas
Anak-anak perlu batas yang jelas dan konsisten, agar mereka tahu apa yang orangtua harapkan dari mereka. Sesuaikan bahasa yang dipergunakan dengan usia anak. Misalnya pada si tiga tahun yang sedang aktif-aktifnya, “Tidak boleh melompat-lompat di atas tempat tidur ya, kamu bisa jatuh dan terluka.”
2. Tunjuk dan jelaskan
Perlihatkan pada anak cara melakukan sesuatu dengan benar, misalnya menaruh mainan kembali ke tempatnya, atau menaruh alat makan kotor di wastafel, dan lain sebagainya. Gunakan kata-kata yang memotivasi dan tidak menekan anak.
3. Memberi konsekwensi
Kita perlu memberi anak konsekwensi apabila ia tidak mematuhi aturan yang telah diberikan. Caranya tidak dengan hukuman fisik tentunya, tapi batasi apa yang menjadi kesukaannya. Misalnya mengurangi waktu menonton atau penggunaan gawai.
4. Memberikan perhatian pada anak
Jangan tunggu anak berulah untuk memberi mereka perhatian. Selalu luangkan waktu untuk bermain dengan mereka atau hanya untuk sekadar mendengarkan berbagai cerita dan keluh kesahnya. Jangan disambi dengan bermain gawai ya, Ayah dan Ibu. Berikan perhatian penuh pada mereka.
5. Tidak mengacuhkan perilaku buruk
Ketika anak memperlihatkan sikap yang buruk, jangan beri perhatian pada mereka. Hanya berikan perhatian, bahkan pujian, ketika ia melakukan perilaku yang sesuai atau baik saja.
6. Belajar dari kesalahan
Wajar apabila anak tetap melakukan kesalahan walaupun sudah diberi batas atau penjelasan. Arahkan ia kembali dengan tenang dan sikap yang positif. Jangan membuat anak tertekan atau rendah diri karena sering dimarahi. Beritahukan pada anak bahwa sesekali Anda pun bisa berbuat salah. Tapi kita semua bisa belajar dari kesalahan yang dilakukan.
7. Mempersiapkan anak menghadapi hal yang baru atau sulit
Jika anak menghadapi situasi baru atau yang sulit dilakukan, seperti pertama kali pergi ke daycare atau ke dokter gigi, anak mungkin dapat mengalami tantrum. Untuk menghindari hal tersebut, Ayah dan Ibu dapat mempersiapkan anak menghadapinya dengan melakukan simulasi di rumah, apa yang akan ia lakukan dan alami. Hal ini akan mengurangi rasa khawatir anak dan mengurangi kemungkinan tantrum.
Setiap anak mungkin memberikan respons yang berbeda ketika diberikan batasan atau penjelasan mengenai hal-hal yang boleh dan tak boleh ia lakukan. Cari tahu apa yang disukai anak. Misalnya anak suka bermain games, Anda dapat bermain bersamanya lebih dahulu. Setelah itu, baru ajak ia untuk mengobrol mengenai hal-hal tersebut. Sama seperti orang dewasa, anak akan lebih mampu menerima informasi ketika hatinya senang.
Referensi: