Kekerasan Meninggalkan Jejak
Anissa Aryati | 2 Desember 2019
Anak adalah karunia. Untuk memiliki anak seorang ibu harus melalui perjuangan yang panjang dari mengandung, melahirkan dan merawat hingga akhirnya anak bertumbuh. Memberi kasih sayang adalah hal yang yang harus selalu dilakukan orangtua. Memperoleh kasih sayang adalah hak anak. Namun demikian ada saja anak yang tak memperoleh haknya dan bahkan mengalami kekerasan padahal hal tersebut dapat berakibat buruk pada anak.
Kekerasan yang bisa menimpa
Terkait tindak kekerasan yang kerap terjadi dan dialami anak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2017 mencatat sekitar 6% kekerasan dialami oleh anak Indonesia. Kekerasan yang terjadi pada anak ada beberapa jenis diantaranya kekerasan fisik, kekerasan emosional dan kekerasan seksual.
Bentuk kekerasan itu sendiri bisa beragam dari penelantaran, bullying, perundungan, pengabaian anak disabilitas, penelantaran anak korban bencana dan konflik, eksploitasi anak, pemaksaan perkawinan dini dan lainnya.
Dampak kekerasan terhadap anak
Anak rentan mengalami tindak kekerasan karena anak pada umumnya lemah dan tidak memiliki daya untuk melakukan perlawanan. Kekerasan yang terjadi bisa saja dilakukan orang terdekat termasuk dalam lingkungan dimana anak diasuh. Dalam masalah perlindungan sebenarnya anak telah diatur oleh undang-undang pasal 20 No.15 tahun 2014 dimana keberadaan seorang anak selain dilindungi oleh keluarga, orangtua dan wali juga dilindungi oleh negara, pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat.
Kekerasan yang terjadi pada anak sendiri akan meninggalkan jejak dan trauma pada diri dan hati anak yang berisiko pada kesehatan fisik, mental maupun akademiknya. Risiko dalam hal fisik yang terjadi akibat kekerasaan adanya tekanan diri pada anak yang dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti gejala kemih genital (Genital urinary symptoms) dan sindrom iritasi usus (Irritable bowel syndrome). Risiko lainnya yang mungkin timbul akibat kekerasan adalah terjangkitnya HIV/AIDS, kehamilan yang tak diinginkan dan tertularnya penyakit seksual.
Selain risiko fisik, kekerasan pada anak juga berisiko pada kesehatan mental. Beberapa hal yang berkaitan dengan mental akibat kekerasan adalah muncul kecemasan dan depresi pada anak. Anak yang mengalami kekerasan juga akan memiliki rasa harga diri yang rendah, muncul keinginan menyakiti diri dan bunuh diri dan banyak lagi hal buruk yang terjadi pada anak.
Kekerasan pada anak baik perempuan maupun laki-laki akan meninggalkan trauma mendalam dan membuat anak kerap melakukan beberapa tindakan pelanggaran yang juga berpengaruh pada bidang seperti merokok, mengonsumsi miras, narkoba, perilaku destruktif, kebiasaan membolos hingga drop out sekolah.
Materi :
Acara Seminar IDAI ‘Bersama Lindungi Hak Anak’
19 Juni 2019