Komplikasi Kehamilan yang Sering Terjadi
Dyah Soekasto | 31 Januari 2022
Sebagian besar kehamilan berlangsung tanpa halangan, namun sekitar delapan persen dapat terjadi komplikasi. Bila tidak segera ditangani, dapat membahayakan ibu dan bayinya.
Berikut empat komplikasi kehamilan yang sering terjadi:
Hiperemesis gravidarum
Tak sedikit ibu hamil mengalami morning sickness (rasa mual, kadang disertai muntah di pagi hari), pada ibu dengan hiperemesis gravidarum (HG), morning sickness serasa terjadi 1.000 kali lebih parah. HG menyebabkan bumil mengalami mual parah yang menyebabkan penurunan berat badan yang drastis, hilangnya nafsu makan, dehidrasi, sehingga mungkin memerlukan rawat inap.
HG dapat menyebabkan ibu dan bayi tidak mendapatkan nutrisi yang cukup sehingga membahayakan ibu dan bayinya. Namun, dengan perawatan yang tepat, biasanya tidak ada efek jangka panjang pada ibu atau anak setelah kehamilan. Dalam kasus yang parah, bumil perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan nutrisi dan cairan melalui jalur intravena (IV) atau infus.
Diabetes Gestasional
Diabetes melitus gestasional (DMG) merupakan salah satu jenis diabetes yang terjadi selama kehamilan. Salah satu risiko terbesar adalah bayi mungkin tumbuh jauh lebih besar (makrosomia). Saat melahirkan, bahu bayi berisiko tersangkut, karenanya dokter akan merekomendasikan operasi Caesar.
DMG tidak memiliki tanda atau gejala. Dokter melakukan skrining di 24 - 28 minggu kehamilan, atau lebih awal pada wanita berisiko tinggi (bumil yang kelebihan berat badan atau memiliki riwayat diabetes gestasional). Menurunkan berat badan sebelum hamil, pola makan sehat dan berolahraga secara teratur dapat menurunkan risiko DMG.
Plasenta Previa
Saat hamil, plasenta memberi bayi suplai oksigen dan nutrisi. Plasenta biasanya menempel pada bagian atas rahim, tetapi pada plasenta previa, plasenta menutupi sebagian atau seluruh serviks atau leher rahim.
Bumil berisiko lebih tinggi jika memiliki jaringan parut di rahim dari kehamilan sebelumnya, pernah operasi rahim, atau jika bumil memiliki fibroid.
Gejala utamanya adalah keluar darah dari vagina tanpa disertai kram atau nyeri lainnya. Pada mereka yang tidak memiliki gejala tersebut, dokter akan melakukan USG atau pemeriksaan fisik. Jika Anda memiliki riwayat pernah operasi Caesar atau fibroid, pastikan mendapatkan perawatan prenatal dengan teratur.
Preeklamsia
Adalah suatu kondisi yang menyebabkan tekanan darah tinggi yang berbahaya. Ini bisa mengancam jiwa jika tidak ditangani. Preeklamsia biasanya terjadi setelah 20 minggu masa kehamilan, seringkali dialami perempuan yang tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi.
Gejala preeklamsia; sakit kepala parah, perubahan penglihatan, dan nyeri di bawah tulang rusuk. Bumil berisiko mengalai preeklamsia bila memiliki riwayat tekanan darah tinggi, obesitas (BMI>30), usia (remaja atau hamil di atas usia 40) dan hamil kembar.
Sayangnya, preeklamsia tidak dapat dicegah. Jika Anda memiliki faktor risiko, temui dokter kandungan saat merencanakan akan hamil atau di awal kehamilan. Kunjungan prenatal secara teratur adalah cara terbaik untuk mengontrol preeklamsia. Selama kunjungan rutin tersebut, dokter akan memeriksa tekanan darah Anda.
Pentingnya perawatan prenatal
Meskipun kondisi bumil berbeda satu sama lain, namun hal yang penting untuk dilakukan adalah perawatan prenatal (bahkan prakonsepsi) secara teratur. Ini dilakukan agar dokter dapat mengetahui komplikasi kehamilan yang sering terjadi. Memastikan kondisi ibu sehat sebelum kehamilan adalah hal terbaik yang dapat Anda lakukan untuk calon bayi.
Referensi: