Melindungi Anak dari Pertemanan yang ‘Toxic’
Desi Hariana | 2 November 2023
Teman adalah bagian penting dalam hidup anak, dimana mereka dapat berbagi cerita, kebahagiaan, bermain bersama, dan berbagi rahasia juga. Namun jika anak mengalami pertemanan yang ‘toxic’ atau merugikan dirinya, apa yang bisa kita lakukan? Berikut adalah beberapa cara untuk melindungi anak dari pertemanan yang ‘toxic’.
Tanda-tanda anak menjalani pertemanan yang ‘toxic’
Sebagai orangtua, tentunya kita sangat memahami karakter anak, baik dari kepribadiannya, gerak-geriknya, hingga kondisi mental dan emosionalnya. Jika Ayah atau Ibu mencurigai bahwa anak menjalani pertamanan yang tidak sehat, jangan mengesampingkan kecurigaan ini. Kita perlu mengajarkan anak bagaimana cara melepaskan diri dari pertemanan yang ‘toxic’.
Apa saja tanda-tanda yang mungkin diperlihatkan anak ketika menjalani pertemanan yang tidak sehat ini? Berikut beberapa diantaranya:
- Berbuat atau mengatakan sesuatu yang membuat anak malu di depan orang lain.
- Menjelek-jelekkan anak di belakang anak lain.
- Menghasut teman yang lain untuk menjauhi atau memusuhi anak.
- Bermuka dua, alias baik di depan tapi berbuat yang tidak menyenangkan di belakang anak.
- Sering menunjukkan rasa iri pada pencapaian atau apa yang dimiliki anak.
- Tidak menghargai barang atau ruang pribadi anak.
- Mengontrol apa yang boleh dan tak boleh dilakukan.
- Marah atau menyakiti saat anak tidak melakukan apa yang diminta olehnya.
- Tidak mempedulikan perasaan atau apa yang diinginkan anak.
- Menyakiti perasaan anak, namun mengatakan bahwa itu hanya perasaannya saja.
Konsekwensi yang dapat dialami oleh anak
Mengalami pertemanan yang ‘toxic’ ini dapat memberikan berbagai konsekwensi negatif bagi anak, antara lain:
- Merusak kepercayaan diri anak, bahkan anak menjadi tergantung.
- Mengubah sikap anak dan memunculkan coping mechanism yang tak sehat.
- Mengganggu kesehatan mental anak, sehingga ia jadi sering termenung atau pendiam.
- Membuat anak tidak dapat bersosialisasi secara bebas dengan teman lainnya, karena dilarang.
Cara kita melindungi anak dari pertemanan yang ‘toxic’
Meskipun berteman merupakan kebutuhan anak, namun bagaimana pun juga, kita sebagai orang tua juga perlu melindungi anak dari pertemanan yang tak sehat. Jika Ayah atau Ibu mencurigai bahwa teman anak tidak membuat anak nyaman, bahkan terancam, intervensi tentunya diperlukan agar anak dapat bebas bersosialisasi.
Bagaimana cara mengajak anak terbuka tentang pertemanannya dan mengajarinya cara untuk terlepas dari pertemanan yang ‘toxic’?
- Sejak dini, Ayah dan Ibu perlu membuka hubungan komunikasi dengan anak sehingga mereka juga dapat bercerita secara bebas pada Anda. Selalu sediakan waktu untuk mendengar keluh kesah anak.
- Berusahalah juga untuk mengenal siapa saja teman-teman anak. Sesekali Anda dapat mengundang teman-teman anak ke rumah untuk mengenal dan mengetahui karakter mereka.
- Jangan menceramahi anak, lakukan pendekatan di waktu yang tepat, saat kondisi emosional anak baik. Jika ia terbiasa memendam perasaannya, Ayah dan Ibu dapat bercerita mengenai pengalaman diri sendiri atau melalui karakter yang ada di buku cerita/film kesukaan anak.
- Jelaskan pada anak mengenai ‘boundary’ atau batasan apa saja yang tidak boleh dilewati oleh teman karena dapat membuatnya tak nyaman.
- Anda bisa membantu anak untuk melihat bahwa ada teman yang baik dan tidak, sehingga ia juga tahu bahwa ia tak selalu harus mengikuti apa keinginan mereka.
- Meningkatkan kepercayaan diri anak dan tegaskan padanya bahwa ia tidak butuh pengakuan orang lain hanya untuk menjadi dirinya sendiri.
Tetaplah menjaga hubungan yang terbuka dengan anak, sehingga kita pun akan selalu mendapatkan ‘update’ mengenai hubungan pertemanannya. Dorong anak untuk selalu menjaga hubungan pertemanan yang sehat dan saling mendukung, serta menghindari pertemanan yang membuatnya tak nyaman, takut, terancam, atau rendah diri.
Referensi: