KESEHATAN IBU

Memperkecil Risiko Keguguran

Tak ingin keguguran kembali berulang? Perlu upaya pasangan untuk mencari tahu penyebabnya sehingga dapat memperkecil risiko keguguran.

Anissa Aryati | 5 Februari 2020

Pasangan yang memeriksakan kandungan serta mendapati bahwa hasilnya positif, pastinya sangat merasa bahagia. Sudah terbayang dalam angan bagaimana serunya menjalani hari baru sebagai ayah dan ibu. Namun sebelum saatnya bertemu Si Kecil, di luar perkiraan terjadi pendarahan dan janin pun tak bisa diselamatkan.

Mengalami keguguran adalah peristiwa yang sangat menyedihkan bagi pasangan mana pun. Terlebih ketika segala rencana untuk menyambut Si Kecil telah disusun rapi. Untuk memperkecil risiko keguguran di kemudian hari, Anda dan pasangan perlu juga mengetahui berbagai penyebabnya.

Kenapa bisa terjadi?

Keguguran adalah kasus yang umumnya terjadi pada ibu hamil muda (usia kandungan belum 22 minggu) atau sebelum bayi viable. Keguguran bisa terjadi akibat beberapa hal, misalnya:

  • kelainan kromosom
  • kelainan bentuk rahim
  • infeksi virus atau bakteri (contohnya TORCH - Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus)
  • kelainan hematoligik (darah)
  • gangguan kelenjar tiroid (gondok). 

Kasus keguguran paling banyak terjadi di usia 16 minggu, dimana biasanya plasenta telah menempel pada rahim dengan sempurna. Itu sebabnya upaya untuk memperkecil risiko keguguran perlu difokuskan pada trimester pertama kehamilan.

Perlu pemeriksaan menyeluruh

Saat ini memang belum ada penanda (marker) tunggal yang bisa digunakan untuk mendeteksi rentan tidaknya seorang ibu mengalami keguguran. Pemeriksaan masih bersifat eksklusional, atau berupaya memeriksa satu per satu kemungkinan penyebab keguguran yang sudah pasti. Biasanya pemeriksaan ini pun dilakukan setelah terjadi keguguran. 

Pada perempuan dengan riwayat keguguran, dan setelah dilakukan pemeriksaan eksklusional, dokter akan melakukan tindakan koreksi untuk memperkecil risiko keguguran terjadi berulang. Misalkan jika yang menjadi maslah adalah bentuk rahim, maka akan dilakukan operasi untuk memperbaikinya. Jika ada riwayat penyakit akibat virus atau bakteri, akan dihilangkan terlebih dahulu. Bila hipotiroid, perlu evaluasi hormon tiroid dan seterusnya. 

Hal yang menyulitkan apabila sebabnya tidak diketahui secara pasti. Umumnya risiko keguguran akan meningkat 10-15 % pada ibu yang pernah mengalami sekali keguguran, dan 22% pada riwayat keguguran kedua (repeated pregnancy loss/ RPL). Lakukan konsultasi dengan dokter kandungan untuk memperkecil risiko keguguran pada kehamilan Anda.

Konsultan:

Dr. Yuditiya Purwosunu, Sp.OG(K)

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Artikel Sebelumnya

Kembali Sehat Usai Detoks

Artikel Selanjutnya

Perawatan Saat Menstruasi

Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan