Mengapa Anak Cengeng dan Bagaimana Mengatasinya?
Desi Hariana | 22 Juni 2023
Anak ‘cengeng’, adalah kebiasaan atau sikap yang membuat anak menjadikan menangis sebagai salah satu cara untuk mengungkapkan perasaannya. Penyebab anak cengeng dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan tidak selalu berkaitan dengan pola asuh orangtua yang permisif atau serba membolehkan.
Kenapa anak saya cengeng, ya?
Jika anak Anda termasuk anak yang sering menangis karena hal apapun. Mungkin penyebabnya adalah beberapa hal berikut ini:
- Memiliki sensitivitas emosional yang tinggi, sehingga ia lebih peka dibandingkan anak lainnya. Misalnya saja, anak peka terhadap stres, perubahan, lingkungan yang tidak nyaman, dan sebagainya.
- Kurang terampil mengelola emosi. Ia belum belajar cara mengelola emosi yang dirasakan dengan baik.
- Merasa tidak nyaman atau tidak aman dalam lingkungan tertentu. Hal ini dapat memicu perilaku cengeng anak untuk mencari perlindungan atau dukungan.
- Butuh perhatian tambahan. Anak merasa bahwa dengan menangis, orang-orang di sekelilingnya akan lebih memperhatikan dirinya.
Bolehkah jika anak cengeng dimarahi?
Saat anak menangis terus menerus, atau terlalu sering, akhirnya orangtua pun sering kehilangan kesabaran dan memarahi anak. Namun, apakah dengan memarahi anak yang cengeng dapat memberikan efek positif? Berikut beberapa kemungkinannya:
- Menangis semakin menjadi-jadi. Selain itu, menghukum anak cengeng secara agresif juga dapat membuat anak berprilaku buruk dan meningkatkan perilaku cengengnya.
- Tak paham bagaimana cara mengelola emosinya. Jika hanya dimarahi, anak cengeng tidak dapat belajar mengenali, memahami, atau mengelola emosi dengan baik.
- Malu dan rendah diri. Anak cengeng yang sering dimarahi dapat membuatnya malu, rendah diri, bahkan tak berharga. Dalam jangka panjang, hal ini akan mempengaruhi persepsi diri anak dan kualitas hubungannya dengan orang lain.
- Sulit mengekspresikan emosi dengan sehat atau konstruktif. Akhirnya, terjadi penumpukan emosi yang mendorong perilaku yang tak diinginkan.
- Jika orangtua hanya bisa memarahi dan menghukum anak ketika ia menangis, anak dapat merasa tak nyaman untuk berbagi perasaannya, serta sulit percaya pada orang lain.
Ajarkan anak untuk mengelola emosinya
Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi anak cengeng, yaitu dengan mengajarkan ia untuk mampu mengelola emosinya. Caranya adalah sebagai berikut:
- Memberikan contoh pada anak, tentunya dengan kemampuan untuk mengelola emosi agar tidak meledak-ledak. Anak akan meniru sikap orangtua dan memilih untuk menunjukkan cara yang sehat dan efektif dalam mengungkapkan emosi.
- Mengajarkan anak cara mengidentifikasi emosi, misalnya dengan memberi label atau nama pada emosi tertentu, marah, sedih, takut, senang, malu, dan lain sebagainya.
- Mendorong anak untuk membicarakan emosi yang dirasakan. Mereka dapat belajar untuk mengungkapkan perasaan secara verbal, ini dapat mengurangi perilaku cengeng dan agresif pada anak.
- Melatihnya untuk menyelesaikan masalah yang muncul. Ajari mereka cara mencari solusi dan alternatif yang memungkinkan saat dihadapkan pada situasi dan kondisi yang memunculkan emosi negatif.
- Belajar teknik relaksasi. Sebelum mengajarkan pada anak, Anda pun harus mencobanya terlebih dahulu. Teknik ini dapat membantu anak mengendalikan perasaan dengan baik.
- Tenang dan bersabar dengan anak. Mereka butuh waktu untuk dapat mengelola emosinya. Bantu mereka saat mengahadapi tantangan agar ia dapat mencari penyelesaiannya sendiri di lain waktu.
- Menciptakan lingkungan yang mendukung mereka untuk berekspresi secara sehat, tanpa takut dinilai atau diolok-olok.
- Membantu anak mengenali akibat dari emosi yang diperlihatkannya. Ia perlu tahu bahwa semua tindakan memiliki konsekwensi.
Orangtua perlu mengingat bahwa anak merupakan individu yang unik, sehingga penting bagi Anda untuk menyesuaikan pendekatan pada anak berdasarkan kebutuhan dan kepribadian anak. Jika orangtua sudah berusaha untuk melakukan berbagai langkah di atas namun anak masih juga bersikap cengeng, berarti sudah saatnya Anda membawa anak ke psikolog atau konselor khusus anak, yang dapat memberi masukan berharga yang dapat diikuti anak dan orangtua.
Referensi: