PSIKOLOGI ANAK

Menghadapi Anak Ambisius

Anak ambisius atau overachiever adalah tipe anak dengan karakteristik sangat fokus terhadap pencapaian atau target pribadi. Bagaimana cara menghadapi anak ambisius seperti ini?

Desi Hariana | 22 Juni 2021

Memiliki anak yang punya ambisi untuk berprestasi pastinya menjadi impian orang tua. Anak-anak seperti ini umumnya tak perlu diingatkan untuk belajar atau berlatih karena mereka sudah memiliki target pencapaian sendiri. Walaupun membanggakan, namun segala hal yang berlebihan justru dapat menjadi kekurangan. Menghadapi anak ambisius tentunya butuh trik tersendiri.

Kekurangan anak ambisius

Anak-anak dengan pencapaian tinggi atau ambisius ini biasanya menunjukkan beberapa ciri khas sebagai berikut:

  • Sering dikucilkan teman

Anak-anak dengan ambisi tinggi sering dikucilkan, bahkan menjadi target bullying, karena dianggap ‘berbeda’. Selain itu, kadang mereka juga enggan berteman karena takut ‘dimanfaatkan’ oleh teman-temannya.

  • Anti pada kegagalan

Anak ambisius terbiasa memasang target yang lebih tinggi dibandingkan anak lain dan akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya. Mereka sangat anti pada kegagalan, padahal kegagalan juga merupakan bagian dari pembelajaran hidup.

  • Mudah frustrasi

Saat melakukan kesalahan, anak-anak umumnya akan cepat pulih dari rasa kecewa dan beralih pada aktivitas lain. Namun pada anak ambisius, mereka akan sulit memaafkan diri sendiri, larut dalam kekecewaan, dan akhirnya merasa frustrasi.

Tanda-tanda anak perlu intervensi

Menghadapi anak ambisius memang tidak mudah, Anda akan mendapatkan penolakan keras saat berusaha untuk mengajaknya ‘slow down’. Namun demikian, Anda tetap perlu melakukan intervensi jika anak menunjukkan tanda-tanda berikut:

  • Menunda-nunda pekerjaan (prokrastinasi). Ia akan menunda menyelesaikan tugas jika merasa tak dapat memberikan hasil yang sempurna. Ingatkan anak bahwa ia hanya perlu menyelesaikannya sebaik yang ia bisa, agar setelah itu ia dapat beralih mengerjakan hal lain.
  • Sibuk mengkritik diri sendiri. Anak ambisius akan menjadi pengkritik diri sendiri yang paling ‘kejam’. Anda dapat mengingatkan anak bahwa ia justru dapat belajar dari kesalahan atau kegagalan yang terjadi. Semua orang pernah mengalaminya, termasuk orangt uanya. Anda juga dapat berbagi cerita dengannya tentang kegagalan yang pernah Anda alami.
  • Mengurangi waktu beristirahat. Demi mengejar nilai tinggi, anak ambisius biasanya akan belajar hingga mengurangi waktu tidurnya. Untuk itu, Anda perlu mengingatkan anak bahwa kurang tidur justru dapat membuat ia mudah lupa dan sulit berkonsentrasi. Pastikan ia tahu bahwa waktu istirahat sama pentingnya dengan waktu untuk belajar.
  • Tak mau bersosialisasi. Jika ia mulai terlihat menyendiri saat kumpul keluarga, atau saat ada teman-temannya, mungkin ia tengah stres. Lakukan aktivitas menyenangkan dengannya tanpa target apapun, beri kesempatan agar ia mau mengeluarkan isi hatinya.
  • Selalu berkata, “Tidak apa-apa.” Anak yang sering mengucapkan kalimat ini pertanda sebenarnya ia justru sedang menghadapi masalah. Perhatikan apa yang sedang ia kerjakan atau sedang ia pikirkan, berikan bantuan walaupun ia tak memintanya.
  • Ritual pengulangan (perilaku obsesif-kompulsif). Saat mengerjakan sesuatu, anak seperti tak puas dengan hasilnya dan sibuk memeriksa ulang pekerjaannya. Anda dapat membantu dengan memeriksa tugasnya dan meyakinkan bahwa itu merupakan hasil terbaiknya.
  • Melupakan pola hidup sehat. Anak ambisius umumnya tak begitu memerhatikan kapan harus makan atau berolahraga. Anda perlu selalu mengingatkannya untuk makan makanan sehat dan tepat waktu, begitu juga dengan olahraga secara teratur. Tak ada gunanya berprestasi namun sering sakit.

Ada banyak cara untuk menghadapi anak ambisius. Namun cara yang paling efektif adalah dengan memastikan bahwa anak tahu Anda selalu mendukungnya, apapun yang terjadi. Dan Anda juga akan selalu mencintainya, bahkan saat ia tak berhasil mencapai targetnya.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan