Menghilangkan Kebiasaan Buruk Saat Belajar
Desi Hariana | 15 Januari 2024
Pada usia sekolah (7-12 tahun), anak mulai memasuki dunia belajar yang sesungguhnya. Ia akan lebih banyak menghabiskan waktu di kelas, dibandingkan bermain atau melakukan aktivitas di luar ruang. Beberapa anak mengalami kesulitan dalam beradaptasi pada perubahan dari jenjang prasekolah ke sekolah. Umumnya karena memiliki kebiasaan buruk berikut ini saat belajar.
Apa saja kebiasaan buruk saat belajar dan bagaimana menghilangkannya? Berikut tipnya.
1. Menunda-nunda tugas (prokrastinasi)
Ini adalah kebiasaan yang paling umum diperlihatkan anak di Sekolah Dasar. Alasannya bisa karena kurang memahami tugas yang dilakukan, atau memang tidak cukup motivasi untuk melakukannya.
Cara mengatasinya: Anak perlu diajarkan untuk menerapkan disiplin diri, bisa dimulai dari yang mudah seperti membersihkan tempat tidur setelah bangun, menaruh baju kotor di tempat cucian, dan lainnya. Lalu biasakan juga anak mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya terlebih dahulu, baru boleh menikmati aktivitas yang ia sukai.
Ayah dan Ibu kadang masih perlu mendampingi dan mendorong anak-anak usia sekolah ini, karena kemungkinan besar anak menunda-nunda pekerjaan karena tidak paham apa yang harus dikerjakan.
2. Anak kurang fokus (mudah terdistraksi)
Anak-anak pada umumnya memang mudah terdistraksi dengan berbagai hal di sekelilingnya ketika sedang belajar, misalnya tayangan di televisi, suara gelak tawa orang lain, godaan handphone, bahkan wangi makanan. Padahal, untuk bisa menyerap pekerjaan dengan baik, anak perlu fokus pada bahan ajar di hadapannya.
Cara mengatasinya: Jauhkan anak dari gangguan suara maupun alat elektronik, seperti televisi, handphone, gadget apapun. Usahakan ia berada di ruangan yang senyap sehingga lebih mudah fokus pada apa yang sedang dipelajarinya.
3. Jadwal belajar yang tidak teratur
Anak tidak memiliki jadwal belajar yang teratur juga merupakan kebiasaan buruk saat belajar. Kebiasaan ini akan membuat anak menganggap bahwa belajar hanya perlu dilakukan di sekolah, tidak di rumah. Padahal, belajar di rumah merupakan kunci bagi anak untuk lebih mendalami pelajaran yang diterimanya di sekolah.
Cara mengatasinya: Buatlah jadwal aktivitas, termasuk belajar, yang tersusun dengan rapi, setiap hari dan setiap jam. Lebih baik lagi apabila dibuat dalam bentuk visual agar lebih menarik dan mudah dibaca anak. Tentunya sediakan juga waktu bagi anak untuk menikmati kegiatan yang ia sukai, sehingga ia bisa mengalokasikan kapan waktunya belajar, mengerjakan tugas rumah, maupun bersantai.
4. Kurang waktu istirahat
Ini biasanya dialami oleh anak yang sering mendapat julukan ‘ambis’ atau ambisius. Mungkin juga karena desakan dari pihak orang tua yang menginginkan anak untuk berprestasi di sekolahnya. Hal yang sering kali kita lupakan adalah, anak perlu istirahat untuk dapat menerima pelajaran dengan lebih baik.
Cara mengatasinya: Selalu sediakan waktu beristirahat yang cukup bagi anak, minta ia untuk benar-benar memanfaatkan waktu istirahatnya itu dengan tidur, bukan untuk bermain gadget. Tidur yang cukup telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas dan konsentrasi anak dalam belajar.
5. Kurang terlibat dalam proses belajar
Beberapa anak merupakan siswa yang pasif di sekolah, mereka enggan bertanya walaupun tidak mengerti pelajaran yang diajarkan di kelas. Hal ini membuat anak jadi tidak maksimal dalam mengikuti proses belajar di sekolah dan pemahamannya pun kurang. Akhirnya, ia menjadi malas untuk mengikuti pelajaran tersebut pada waktu berikutnya.
Cara mengatasinya: Orang tua maupun guru dapat bertanya pada anak, apakah ada materi yang kurang dipahami. Bisa juga memberi waktu pada anak di luar jam pelajaran untuk bertanya pada anak. Sedangkan di rumah, Ayah atau Ibu dapat membantu anak untuk memahami mata pelajaran tersebut. Namun yang lebih penting lagi adalah membiasakan anak untuk berani bertanya jika ada yang tidak ia mengerti.
Setiap anak memang memiliki kebutuhan dan gaya belajar masing-masing. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan pun perlu fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan pribadi mereka agar lebih efektif. Keterlibatan orangtua dan guru sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran anak dan untuk menghilangkan kebiasaan buruk saat belajar.
Referensi: