KESEHATAN ANAK

Mengurangi ‘Gumoh’ pada Bayi

‘Gumoh’ adalah kondisi normal yang sering terjadi pada bayi. Ada beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mengurangi ‘gumoh’ pada bayi.

Anissa Aryati | 7 Februari 2020

Pada saat digendong, bayi tiba-tiba mengeluarkan cairan putih menyerupai susu dari mulutnya. Kondisi seperti ini umum dialami bayi dan sering disebut ‘gumoh’. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua untuk mengurangi ‘gumoh’ pada bayi. 

Penyebab ‘gumoh’

‘Gumoh’ dalam bahasa medis disebut sebagai GER atau gastroesophageal reflux. Kondisi ini merupakan proses fisiologis normal pada bayi, dimana isi lambung berbalik ke kerongkongan dan ke luar melalui mulut. Pada bayi yang usianya kurang dari 3 bulan, katup antara kerongkongan dan lambung memang belum berfungsi secara sempurna, sehingga makanan yang masuk ke saluran kerongkongan kemudian dimuntahkan kembali. Sebenarnya, ada cara untuk siasati mengurangi ‘gumoh’ pada bayi.

Agar tak sering ‘gumoh’

Bila ‘gumoh’ atau regurgitasi terjadi pada bayi tak lebih dari empat kali sehari, maka sebenarnya orangtua tidak usah terlalu khawatir, dan tak perlu sampai harus mengubah pola makannya. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa, 80% bayi usia 0-1 bulan akan mengalami ‘gumoh’ satu hingga empat kali sehari. Intensitas ‘gumoh’ berkurang ketika bayi menginjak usia 12 bulan menjadi 3-5%. 

Walaupun gumoh dalam frekuensi tertentu masih dianggap dalam batasan normal, namun Anda dapat mengurangi ‘gumoh’ pada bayi dengan cara berikut: 

  • Hindari memberi makan bayi secara berlebih. Perut bayi menyerupai tangki bensin yang memiliki kapasitas terbatas. Memberi makan berlebih akan membuat bayi memuntahkan kembali makanan tersebut. Alangkah lebih baik memberi makan bayi dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.
  • Jangan langsung menidurkan bayi sesudah menyusui/makan.
  • Upayakan bayi bersendawa setiap habis menyusu. Hal ini bisa dilakukan dengan menggendong bayi dalam posisi diberdirikan. Tunggu hingga ia bersendawa dan baru gendong dalam posisi normal.
  • Bila Si Kecil masih mendapat ASI, hal ini justru baik untuknya karena dapat mengurangi ‘gumoh’ pada bayi.

Bila gumoh masih terus berlangsung tanpa adanya perubahan. Ibu perlu mengamati frekwensinya, apakah bayi rewel dan menolak untuk menyusu? Apabila kondisi ini yang terjadi, tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena dapat menganggu pertumbuhan bayi akibat asupan nutrisi yang berkurang. Pada keadaan yang lebih berat, ‘gumoh’ disertai darah akibat luka di kerongkongan dan kadar asam yang berlebih. Hal ini membuat bayi menjadi sulit menelan (disfagia). Jika ini terjadi, segera bawa bayi ke dokter anak.

Referensi:

  • https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/healthy-baby/art-20044329
  • https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/feeding-nutrition/Pages/Why-Babies-Spit-Up.aspx
Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan