KESEHATAN ANAK

Mewaspadai Gangguan Pica pada Anak

Salah satu tahapan perkembangan anak adalah memasukkan benda ke dalam mulut yang juga merupakan cara anak melatih sensorinya. Namun jika kebiasaan ini bertahan hingga anak besar, waspadai gangguan pica pada anak.

Desi Hariana | 17 Oktober 2022

Pica adalah gangguan makan di mana seseorang memakan benda yang bukan makanan dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius. Namun pica pada umumnya tidak didiagnosis pada anak usia di bawah 2 tahun karena mereka masih dalam tahap perkembangan oral. Jika kebiasaan anak memasukkan benda ke dalam mulut tidak juga menghilang sejalan dengan bertambahnya usia, ibu perlu mewaspadai gangguan pica pada anak.

Gejala gangguan pica

Anak yang mengalami pica dapat memakan apa saja yang menarik minat mereka, seperti tanah, tanah liat, batu, kertas, krayon, rambut, kapur, es, batu bata, lapisan cat tembok, tanaman, benang, bedak, permen karet, bahkan kotoran binatang. Gejala gangguan pica sangat luas, tergantung benda apa yang masuk ke dalam perut anak.

Berikut beberapa gejala umum yang diperlihatkan anak dengan pica:

  • mual
  • sakit atau kram perut
  • konstipasi
  • diare
  • gangguan perilaku
  • gangguan di sekolah
  • kurang gizi.

Penyebab anak mengalami pica

Para ahli tidak mengatahui penyebab pasti dari gangguan pica ini, namun biasanya memang lebih sering ditemukan pada mereka yang mengalami:

  • Gangguan perkembangan, seperti autisme atau disabilitas intelektual.
  • Gangguan kesehatan mental, seperti OCD (obsessive-compulsive disorder) atau skizofrenia.
  • Malnutrisi atau kelaparan. Benda yang dimakan memberikan rasa kenyang. Rendahnya nutrisi seperti besi dan zinc juga dapat menyebabkan keinginan makan benda yang bukan makanan.
  • Stres. Gangguan pica sering ditemukan pada anak-anak yang berada di lingkungan tidak sejahtera, mengalami tindak kekerasan, atau ditelantarkan.

Pica juga dapat terjadi pada ibu hamil yang ditandai dengan ‘ngidam’ benda-benda seperti batu bata atau tanah. Hal ini diakibatkan kurangnya zat mineral seperti besi dan zinc di dalam tubuh ibu. Keinginan makan benda yang berasal dari alam seperti tandah dan tanah liat, sering disebut juga sebagai geofagi.

Komplikasi pada gangguan pica

Orang tua perlu memperhatikan kondisi kesehatan anak jika ia diketahui mengalami pica. Beberapa komplikasi pica bisa sangat membahayakan kesehatan anak, seperti;

  • Penyumbatan usus, jika sakit perut anak tidak juga menghilang.
  • Luka pada saluran cerna, terlihat ada perdarahan pada fesesnya.
  • Keracunan timah (lead), biasanya pada pica lapisan cat.
  • Ketidakseimbangan elektrolit, dapat menyebabkan kejang-kejang.
  • Kerusakan pada gigi, akibat mengunyah benda keras seperti batu.
  • Infeksi akibat kuman penyakit, atau parasit yang memasuki tubuh melalui benda yang ditelan.

Penanganan anak dengan gangguan pica

Dokter akan mengobati anak dengan pica berdasarkan penyebabnya. Hal pertama yang akan dilakukan adalah melakukan berbagai tes seperti tes darah, tes feses, rontgen perut, hingga melihat apakah anak malnutrisi atau tidak. Menangani kesehatan fisik bisa dengan pemberian obat-obatan, infus, suplemen, bahkan tindakan operasi jika ditemukan penyumbatan pada saluran cerna anak.

Namun jika anak ditemukan mengalami gangguan perkembangan mental atau kognitif, maka ia perlu dirujuk pada ahlinya seperti dokter saraf anak atau psikolog. Pica yang terjadi pada anak-anak dengan gangguan ini dapat bertahan hingga usia remaja bahkan dewasa.

Selain mewaspadapi pica pada anak dengan ASD, orang tua juga dapat membantu mengurangi kebiasaan buruk anak dengan melakukan beberapa hal berikut:

  • Blocking. Menahan agar benda tidak masuk ke dalam mulutnya, bisa dengan menahan tangannya saat hendak memasukkan benda tersebut ke dalam mulut.
  • Snacking. Memberikan camilan secara teratur, misalnya setiap setengah jam atau satu jam dalam jumlah kecil untuk menghindari anak memakan benda yang bukan makanan.
  • Rewards. Misalnya dengan memberikan anak stiker jika anak dapat menahan diri untuk tidak memasukkan benda bukan makanan ke dalam mulutnya.

Memiliki anak yang mengalami pica tentu bukan hal yang mudah bagi anggota keluarga lain. Jangan berkecil hati untuk meminta tolong pada ahli untuk membantu Anda dan keluarga melewatinya.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan