Mewaspadai Varian Omicron
Anissa Aryati | 19 Desember 2021
Rasanya, baru saja kita mengalami serangan virus SARS-Cov-2 varian Delta, sekarang sudah ada varian baru, yaitu Omicron. Varian ini awalnya ditemukan di Afrika Selatan, yang kemudian menyebar ke Eropa hingga pada akhirnya merambah ke sejumlah negara di kawasan Asia.
Pemunculan varian Omicron ini cukup meresahkan banyak pihak karena dikhawatirkan lebih berbahaya, lebih mudah berkembang dan menular dibandingkan varian sebelumnya.
Perbandingan varian Delta dan Omicron
Varian Delta diketahui menular dua kali lebih cepat dibandingkan varian SARS-Cov-2 sebelumnya. Varian Delta dalam waktu singkat mengakibatkan lonjakan kasus COVID-19 di seluruh dunia, dan pasien rawat inap di rumah sakit serta angka kematian pun meningkat tajam.
Mengenai varian Omicron, para ilmuwan cukup berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan karena masih dibutuhkan data yang lebih banyak dan serangkaian penelian yang membutuhkan waktu. Kecurigaan bahwa varian Omicron lebih berbahaya dari varian Delta masih belum diverifikasi karena hingga saat ini tidak ada sinyal keamanan yang menunjukkan bahwa varian Omicron dapat menyebabkan serangan COVID-19 yang lebih parah.
Potensi penularan varian Omicron memang jauh lebih cepat dibandingkan varian Delta. Terkadang juga mampu menurunkan daya tahan vaksin dari serangan terparah virus tersebut. Selain itu, varian Omicron berpeluang menyebabkan lebih banyak kasus infeksi berulang pada orang yang sudah pernah terserang COVID-19.
Departemen Kesehatan Republik Afrika Selatan menyebutkan bahwa varian Omicron mengalami lonjakan mutasi protein yang serupa dengan varian Delta. Namun varian Omicron unggul dari sisi transmisi atau penularannya, terutama di Afrika Selatan.
Tes identifikasi varian Omicron
Selain pemeriksaan PCR dan antigen, untuk mengidentifikasi varian Omicron ini juga butuh tes amplifikasi asam nukleat (NAAT) dan tes tambahan lainnya. Sementara untuk tes mandiri bisa dilakukan dengan peralatan khusus, dan jika hasilnya positif, maka perlu melakukan isolasi mandiri di rumah, setidaknya 10 hari.
Oleh karena itu, jaga selalu protokol kesehatan dan yang pasti mengenakan masker jika akan berkontak dengan orang lain.
Referensi: