Obat untuk Mengatasi COVID-19
Desi Hariana | 20 April 2020
Kita ketahui bahwa hingga saat ini, para ahli di seluruh dunia belum menemukan antivirus maupun vaksin yang dapat mengatasi dan mencegah virus SARS-CoV-2 (Covid-19). Beberapa nama yang digadang-gadang dapat menjadi obat COVID-19 pun ternyata belum melewati persyaratan uji klinis hingga tuntas.
Klorokuin, hidroksiklorokuin, azitromisin, favipiravir (dengan merek Avigan), atau remdesivir sering disebut sebagai obat untuk mengatasi COVID-19. Kebanyakan dari obat-obatan itu dipergunakan dengan alasan kedaruratan atau emergency. Apakah benar obat ini efektif mengobati COVID-19, dan bagaimana dengan efek sampingnya?
Butuh uji klinis yang memakan waktu
Penggunaan obat untuk menekan atau menghilangkan pertumbuhan penyakit memang tidak bisa sembarangan. Selain kita harus melihat apa penyebabnya (bakteri, virus, atau jamur), obat ini juga harus dapat melumpuhkan kuman secara spesifik dan efektif.
Apalagi virus SARS-CoV-2 ini adalah jenis virus baru.
Ada tahapan yang cukup panjang perlu dilakukan produk obat atau vaksin agar dapat mendapat persetujuan dan diproduksi secara massal. Dan waktu yang dibutuhkan pun sangat lama, bahkan bisa bertahun-tahun. Itu sebabnya banyak negara yang kemudian mencoba untuk menggunakan obat ‘second line’ ini sebagai sebuah upaya untuk mengurangi jumlah pasien yang meninggal.
Obat-obatan yang saat ini dianggap sebagai ‘obat untuk mengatasi COVID-19’, adalah:
1. Klorokuin dan hidroksiklorokuin
Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention), klorokuin dan hidroksiklorokuin merupakan obat untuk antimalaria dan peradangan. Di Indonesia sendiri, sejak 2010, klorokuin sudah tidak dijadikan obat malaria lagi. Penyebabnya karena pernah dijual bebas, lalu penggunaan tidak sesuai aturan malah dapat mengakibatkan resistensi malaria. Sekarang lebih sering diresepkan untuk mengatasi peradangan pada penyakit Lupus.
Klorokuin dan derivatnya, hidroksiklorokuin, dipergunakan dalam kondisi pandemi saat ini sebagai obat darurat dan masih dalam tahap uji klinis. Beberapa negara seperti Brazil dan Swedia bahkan menghentikan penggunaan obat ini karena ada indikasi dapat memperparah kondisi pasien yang memiliki bawaan penyakit jantung.
2. Azitromisin
Perusahaan farmasi Pfizer, yang memproduksi azitromisin dengan merek Zithromax, mengumumkan bahwa pemberian azitromisin bersamaan dengan hidroksiklorokuin pada pasien COVID-19 dalam sebuah uji klinis di Perancis, menunjukkan data yang positif. Ini tentu saja kabar gembira, namun perjalanan uji klinis obat antiinfeksi ini masih panjang, termasuk efektivitasnya jika digabungkan dengan obat antivirus lainnya.
3. Favipiravir (dengan merek Avigan)
Ketika wabah virus corona baru merebak di China, para ahli mencoba berbagai cara untuk mengatasi kondisi ini dengan mengujicobakan beberapa obat, salah satunya adalah favipiravir ini. Awalnya, obat yang diproduksi oleh anak perusahaan Fujifilm, Toyama Chemicals, di Jepang ini ditujukan untuk melumpuhkan virus corona penyebab influenza.
Dalam beberapa uji klinis yang dilakukan di Wuhan dan Shenzen, China, Favipiravir menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam melawan COVID-19. Sayangnya, obat ini ternyata tak efektif bagi pasien dengan kondisi berat (severe).
4. Remdesivir
Obat antivirus yang diproduksi oleh Gilead Sciences ini dianggap potensial untuk dapat melawan virus SARS-CoV-2. Dalam uji klinis yang dilakukan di University of Chicago, Amerika Serikat, ditemukan bahwa beberapa pasien dengan kondisi berat dapat sembuh (hasil tes negatif) dalam waktu 6 hari setelah mendapatkan obat ini. Namun pengujian belum sampai di tahap akhir.
Referensi:
- https://edition.cnn.com/2020/04/13/health/chloroquine-risks-coronavirus-treatment-trials-study/index.html
- https://www.kemkes.go.id/article/view/20040300003/klorokuin-bukan-obat-malaria.html
- https://www.clinicaltrialsarena.com/news/pfizer-data-azithromycin-covid-19-trial/
- https://asiatimes.com/2020/04/saving-human-cells-fujifilms-avigan-kills-virus/
- https://edition.cnn.com/2020/04/16/health/coronavirus-remdesivir-trial/index.html