Pemahaman Anak Berkebutuhan Khusus
Desi Hariana | 25 Agustus 2022
Menurut Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus bagi Pendamping (Orang Tua, Keluarga, dan Masyarakat) yang dikeluarkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia tahun 2013, anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan anak-anak lain yang seusia dengannya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, bisa kita simpulkan bahwa pengertian ABK memiliki makna yang lebih luas. Karena keterbatasan maupun keluarbiasaan yang ia miliki, ABK juga menghadapi tantangan yang berbeda dibandingkan anak lainnya. Memahami kategori ABK anak dapat membantu orang tua untuk menemukan layanan kesehatan dan perawatan yang tepat untuknya.
Kategori anak berkebutuhan khusus
Secara garis besarnya, ABK dapat dimasukan ke dalam empat kategori berikut ini:
1. Fisik (kesehatan/medis)
ABK fisik ini termasuk yang memiliki penyakit kronis atau yang ada dalam kondisi sakit berat (terminal illness). Misalnya anak dengan distrofi otot, MS (multiple schlerosis), asma kronis, gangguan jantung, epilepsi, CS (cystic fibrosis), CP (cerebral palsy), kanker, diabetes, dan penyaktir serius lainnya.
2. Perkembangan
ABK yang mengalami gangguan intelektual seperti yang Sindroma Down, ASD (autism spectrum disorder), ADHD (attention-deficit/hyperactivity disorder), dan gangguan saraf lainnya. Termasuk juga anak yang mengalami gangguan belajar seperti disleksia.
3. Perilaku dan emosi
Biasa juga disebut sebagai ABK dengan gangguan mental. Anak dalam kategori ini adalah yang mengalami kecemasan, depresi, trauma, gangguan bipolar, kleptomania, stres berlebihan, kemarahan, sikap menantang, dan gangguan lain yang berhubungan dengan kondisi mentalnya.
4. Sensori
Anak yang mengalami atau terlahir dengan kekurangan salah satu atau lebih inderanya, seperti anak tuna rungu, tuna wicara, tuna netra, dan dan lainnya.
Kebutuhan setiap ABK, walaupun berada di kategori yang sama, pada umumnya berbeda. Bahkan bisa jadi sangat bersifat individual, tergantung kebutuhan masing-masing anak.
Tantangan bagi orang tua
Selain tantangan yang harus dijalani oleh anak, keluarga dari ABK juga menghadapi tantangan khusus dalam mendampingi mereka. Fokus orang tua akan berbeda tergantung kategori ABK.
Bagi ABK dengan gangguan fisik, keluarga lebih fokus pada penyediaan layanan kesehatan dalam pengobatan maupun terapi anak. Misalnya anak epilepsi butuh mendapatkan obat untuk mengatasi gejala kekambuhannya atau anak dengan gangguan jantung yang membutuhkan tindakan operasi khusus.
ABK dengan gangguan perkembangan pada umumnya membutuhkan dukungan konsultasi ahli dan terapi, termasuk memperoleh haknya untuk bersekolah di sekolah inklusi.
Jika anak mengalami gangguan belajar seperti disleksia dan APD (auditory processing disorder), biasanya mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, walaupun secara intelektual ia mampu. Orang tua perlu mengajarinya atau mencari ahli untuk mengajari anak strategi belajar khusus agar ia dapat menunjukkan potensinya dan tidak kehilangan kepercayaan diri.
Anak yang mengalami gangguan mental serius butuh penanganan ahli kesehatan jiwa yang dapat membantu orang tua menentukan terapi, pegobatan, dan perawatan tepat sesuai yang dibutuhkan anak.
Setiap anak, termasuk ABK, itu unik. Masing-masing memiliki potensi yang bisa dikembangkan untuk menopang kehidupannya sendiri di usia dewasa nanti. Meskipun demikian, tak dipungkiri bahwa ada juga yang butuh pendampingan seumur hidupnya. Namun jangan berkecil hati, Anda yang memiliki ABK tidak sendirian. Banyak ahli dan sesama orang tua yang bersedia berbagi ilmunya, bahkan membantu Anda dalam menemukan perawatan terbaik bagi anak.
Intinya, jangan ragu untuk meminta bantuan atau dukungan dari orang lain di sekitar Anda saat membutuhkannya. Tetap semangat!
Referensi: