PSIKOLOGI PASANGAN

Pentingnya Ngobrol dengan Pasangan

Pernikahan yang bahagia dan bertahan lama, adalah pernikahan dengan banyak obrolan seru di dalamnya.

Tanpa komunikasi, terlalu banyak hal yang ‘sulit dijelaskan’ atau ‘sulit dimengerti’ dari pasangan, dan akhirnya membuat hubungan merenggang. Mereka yang memiliki hubungan komunikasi ‘unik’ dengan pasangan, umumnya lebih harmonis dibandingkan mereka yang jarang berkomunikasi.

Komunikasi menyambungkan ‘dua dunia’

Setelah menikah, segala hal yang dilakukan sehari-hari menjadi rutinitas yang harus dilalui. Saat Anda naik ke tempat tidur dan bertemu pasangan, rasanya sudah tak ada tenaga untuk sekadar mengobrol santai. Ingnnya langsung merebahkan kepala di atas bantal, dan… tidur. 

Suami dan istri perlu melakukan kegiatan bersama yang dapat menjadi jeda dari rutinitas sehari-hari. Anda dan pasangan pun dapat lebih saling memahami dengan melakukan aktivitas ‘mengobrol’. Herannya, banyak pasangan yang sering kali malas ngobrol karena takut memulai pertengkaran. Hal ini mungkin saja terjadi akibat adanya komunikasi yang buruk. 

Lalu, bagaimana cara melakukan komunikasi yang benar dengan pasangan? Berikut kami berikan tipnya:

  1. Pilihlah waktu yang tepat. Walaupun kesannya klise dan sepele, nyatanya bad timing dapat menjadi masalah. Lakukan saat Anda berdua tidak sedang melakukan sesuatu, atau dalam kondisi emosi yang stabil. 
  2. Pilihlah obrolan yang tepat. Hindari membahas hal-hal yang terlalu berat ketika akan tidur atau berangkat kerja. Bahas hal-hal yang lebih ‘berbobot’ di akhir pekan karena waktu Anda pun lebih banyak.
  3. Hindari kata tuduhan. Misalnya, “Kamu memang selalu…,” atau, “Kenapa kamu tidak…”. Tekankan pada apa yang mengganggu Anda tanpa harus menuduhnya melakukan kesalahan.
  4. Dengarkan sebaik-baiknya. Pertengkaran biasanya diawali dengan kesalahpahaman atau karena hanya mau mendengarkan sebagian pesan saja. Berusahalah mendengarkan dengan baik dan bersabarlah.
  5. Mata merupakan jendela hati. Jika Anda ngobrol dengan pasangan bersebelahan, tapi mata memandang gadget masing-masing, maka komunikasi yang dilakukan tidaklah efektif. Anda tak mampu menangkap emosi pasangan saat itu. 
  6. Pasangan menggunakan ‘bahasa’ unik. Pasangan biasanya memiliki ‘bahasa’ yang berbeda. Semakin lama masa pernikahan, bahkan intonasi dan gestur tubuh juga lebih mudah ‘dibaca’.
  7. Pasangan adalah belahan jiwa. Pasangan adalah teman, sahabat, pasangan, belahan jiwa Anda. Jangan jadikan ia ‘musuh’. Hindari mengobrol ketika sedang marah. Sampaikan rasa kesal ketika emosi sudah mereda.

Jika Anda dan pasangan merasa punya masalah komunikasi, mintalah bantuan ahlinya. Para psikolog dan terapis pernikahan sudah terlatih dalam membimbing Anda dan pasangan untuk kembali ‘terkoneksi’. 

Referensi:

  • Grohol, J.M., 9 steps to better communication today. www. psychcentral.com
  • Duvouchelle, J., Love and communication: 11 expert tips for a better marriage. www.focusonthefamily.ca
  • Stosny, S., Marriage problems: how communication technique can make them worse. www.psychologytoday.com
Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan