KESEHATAN ANAK

Penyakit Autoimun pun Dapat Menyerang Anak

Penyakit autoimun tak bisa dicegah dan meninggalkan sejumlah risiko bagi yang terserang. Bukan hanya pada orang dewasa, melainkan juga anak-anak.

Oleh: Anissa Aryati  | 6 Juli 2019

Kok bisa ya, anak terserang penyakit autoimun? Penyakit autoimun memang tak mengenal golongan maupun usia, meskipun prevalensinya lebih banyak dialami oleh anak perempuan. Berbagai faktor risiko yang mengincar kesehatan anak tetap harus diketahui oleh orangtua.

Penyakit AutoimunPenyakit yang tak menular

Pada dasarnya, penyakit autoimun bukanlah penyakit yang menular dan tak mungkin pula ditularkan pada anak lain. Penyakit autoimun lebih berkaitan dengan sistem imunitas di dalam tubuh yang tak mampu bekerja secara baik, sehingga rentan terkena penyakit ataupun infeksi.

Penyakit autoimun dapat pula terjadi apabila sistem imunitas dalam tubuh anak menyerang tubuhnya sendiri, dan ini bisa pada bagian manapun, seperti kulit, sel, tulang, jaringan, pembuluh darah ataupun organ lainnya. Dengan terganggunya organ-organ tersebut, maka anak menghadapi serangkaian risiko seperti terkena penyakit lupus, diabetes tipe 1, multiple sclerosis, radang sendi, radang usus (Inflammatory Bowel Disease /IBD), anemia pernisiosa dan penyakit lainnya.

Penyakit autoimun seringkali ditandai dengan beberapa gejala seperti demam ringan, kelelahan, rasa pusing, berat badan yang terus mengalami penurunan hingga ruam-ruam yang muncul di kulit anak. Tanda lain yang juga muncul pada anak adalah mulut dan mata terasa kering, persendian kaku dan anak lemas, terlihat tak sehat. Namun anak tetap harus diperiksa oleh dokter, karena penyakit lain juga ada yang memiliki gejala serupa.

penyakit autoimunSayangnya, tak dapat dicegah

Sebersih apapun lingkungan atau sesehat apapun pola hidup yang diterapkan orang tua di rumah, sayangnya, penyakit ini tak bisa dicegah. Beberapa faktor yang disebut sebagai penyebab penyakit autoimun, antara lain:

1. Faktor genetik: gen tertentu yang diturunkan pada anak dapat membuat ia rentan terserang penyakit autoimun.

2. Faktor lingkungan: lingkungan yang terpapar toksin dan obat-obatan serta infeksi dapat memicu tejadinya penyakit autoimun.

3. Faktor hormonal: hormon perempuan membuatnya paling rentan mengalami serangan autoimun. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa perempuan tiga kali lebih berisiko mengalami penyakit autoimun dibandingkan laki-laki. Penyakit autoimun yang banyak ditemukan pada wanita adalah lupus dan sclerosis.

Hingga saat ini, para ahli belum menemukan tindakan apa yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit autoimun. Ketika dokter menemukan gejala penyakit autoimun pada anak, umumnya anak akan dirujuk untuk bertemu dengan ahli reumatologi. Dalam hal ini, ahli reumatologi akan melakukan serangkaian tes untuk memastikan benar tidaknya anak terserang penyakit autoimun.

Kehilangan belahan jiwa

Kehilangan anak karena penyakit autoimun, apalagi di usia yang sangat belia, merupakan pengalaman yang sangat membekas dan menyisakan duka mendalam. Berikut adalah pengalaman Ibu Dewi Indrayanti (46 tahun) yang baru saja kehilangan Sang Buah Hati, Rafiqa Risqina, alm (12 tahun) akibat penyakit silent killer ini.

"Penyakit Autoimun Begitu Cepat Membawanya"

Fiqa (panggilan kesayangan Rafiqa) adalah anak yang tak hanya cantik, tapi juga pandai bergaul dan senang menari Saman di sekolahnya. Ia anak bungsu dari dua bersaudara, kakaknya laki-laki. Di sekolah Fiqa terpilih sebagai Ketua SC (Student Council) dan menjadi The Best Student yang selalu diikut-sertakan dalam Olimpiade IPA. Betapa bangganya hati saya memiliki anak seperti Fiqa.

Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, ia selalu memeluk saya sambil berucap, “I love you.” Hal yang sama ia lakukan juga pada papanya. Tapi semua berakhir ketika penyakit autoimun merenggutnya.

Saya ingat saat itu, tanggal 20 Februari 2019 tepat di ulang tahunnya yang ke-12, Fiqa merasa tidak enak badan. Dua bulan kemudian, 14 Maret, setelah menjalani serangkaian pemerikasaan, Fiqa dinyatakan dokter mengalami autoimun jenis SLE (Systemic Lupus Erythematosus). Autoimun SLE merupakan penyakit lupus yang menyerang berbagai organ penting dalam tubuh seperti kulit, jantung, ginjal dan lainnya.

Mendengar vonis yang dijatuhkan dokter, saya merasa syok. Dari informasi yang saya dapatkan di internet, Fiqa memang mengalami sejumlah gejala yang cukup signifikan. Ia sempat mengalami demam dengan suhu 38,5-40°C selama 3 minggu berturut-turut, nyeri sendi, ruam merah di pipi dekat telinga, lekosit rendah di bawah 2.000, bahkan sesak nafas.

Namun semangat juang anak saya tak pernah padam. Selama menjalani masa sakitnya, Fiqa tetap bersemangat. Ia tak pernah mengeluhkan sakit yang dirasakan. Ia lebih banyak meluangkan waktunya untuk menulis karena bercita-cita menjadi penulis atau jurnalis. 

Pada tanggal 15 April 2019, Fiqa mengalami Pneumonia dan harus dirawat di ICU selama 19 hari. Saya hanya dapat berkomunikasi dengannya mengunakan gerakan tangan karena ia harus menggunakan ventilator. Tanggal 3 Mei akhirnya Tuhan memanggil putri kesayangan kami untuk selamanya. Saya hanya dapat mendoakannya kapan pun saya teringat padanya, semoga ia sekarang sudah tenang dan tak merasakan sakit lagi. 

Referensi:

 

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan