Pola Pengasuhan Otoritatif dan Otoriter
Anissa Aryati | 4 Juni 2021
Pola pengasuhan yang diterapkan orangtua pada anak turut menentukan kesuksesan mereka di masa depan. Bagaimana cara ia belajar, bergaul, berkarir, dan memandang diri mereka sendiri turut ditentukan oleh pola pengasuhan semasa anak-anak. Pola pengasuhan ini juga termasuk bagaimana cara orangtua membangun komunikasi serta mendisiplinkan anak di rumah.
Perbedaan mekanisme penerapan
Saat mendisiplinkan anak, orangtua seringkali menerapkan pola pengasuhan otoritatif atau otoriter. Pendisiplinan ini dibutuhkan agar anak mematuhi peraturan terkait target akademik dan perilaku di lingkungan. Tapi yang perlu diketahui adalah kedua pola pengasuhan ini memiliki jenis pendisiplinan yang berbeda. Orangtua perlu mempertimbangkan pola pengasuhan apa yang tepat bagi anak sebelum menerapkannya.
Baik dalam pola pengasuhan otoritatif maupun otoriter, orangtua sama-sama melakukan pendekatan pendisiplinan yang ketat dengan menetapkan standar yang tinggi untuk anak. Namun dalam pola pengasuhan otoritatif, orangtua menggunakan teknik pendisiplinan yang lebih positif. Sekalipun menetapkan standar yang tinggi, tapi masih disesuaikan dengan usia anak dan memberikan bantuan yang dibutuhkan anak untuk menjalankan aturan tersebut.
Berbeda halnya dengan pola pengasuhan otoriter, pendisipilinan dilakukan dengan menetapkan aturan yang ketat dan sulit dijalankan anak karena tidak menawarkan panduan apa pun dari orangtua. Pola pengasuhan otoriter dalam penerapannya cenderung menggunakan hukuman yang keras. Orang tua yang otoriter percaya bahwa anak-anak harus taat dan mengikuti aturan tanpa terkecuali. Pendisiplinan dengan pola pengasuhan ini umumnya lebih memudahkan dari sisi orangtua namun tidak dari sisi anak.
Dampak terhadap anak
Setiap upaya yang dilakukan, tentu akan memberikan dampak pada akhirnya. Begitu pula dengan penerapan pola pengasuhan yang diterapkan pada anak. Dengan berbagai kelebihan maupun kekurangannya, teknik pendisiplinan dari pola pengasuhan otoritatif dan otoriter akan memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, hingga pembentukan perilaku anak ketika ia dewasa.
1. Otoritatif
Menurut penulis buku ‘Under Pressure’, Lisa Damour, Ph.D., anak-anak dengan pola pengasuhan otoritatif lebih mungkin untuk menikmati hubungan positif dengan teman sebayanya dan bisa lebih mandiri. Studi lain juga mengungkapkan bahwa dalam pola pengasuhan otoritatif orangtua masih memiliki andil atau terlibat dalam kehidupan anak, memberi anak kepercayaan serta dukungan, sehingga memberikan hasil yang baik dari sisi sosial maupun akademis.
Kemungkinan lain yang ditemukan para peneliti adalah anak yang besar dengan pola pengasuhan otoritatif, saat dewasa akan lebih bertanggung jawab terhadap sikapnya dan merasa nyaman untuk mengungkapkan pendapatnya. Secara umum, anak-anak ini juga lebih bahagia, mampu membuat keputusan yang tepat serta dapat mengevaluasi situasi agar tidak membahayakan keselamatannya sendiri.
2. Otoriter
Hasil sebaliknya ditunjukkan oleh pola pengasuhan otoriter. Dalam suatu artikel yang dimuat di Psychology Today, disebutkan bahwa anak-anak dari orang tua yang otoriter cenderung lebih tertekan dan memiliki harga diri yang lebih rendah dibandingkan anak-anak dari orang tua yang otoritatif. Ini diakibatkan oleh teknik pendisiplinan dari pola pengasuhan otoriter yang kurang mempertimbangkan perasaan dan pendapat anak. Anak-anak ini cenderung mengalami masalah dalam hal perilaku di kemudian hari.
Dari ulasan tentang teknik pendisiplinan dari pola pengasuhan otoriter dan otoritatif ini, orangtua memang sebaiknya mempertimbangkan dengan baik sebelum menerapkannya pada anak. Pembentukan dasar kepribadian dan perilaku anak dimulai sejak kecil dan akan tercermin ketika mereka dewasa, serta akan berdampak pula pada orangtua pada akhirnya.
Referensi: