Puasa bagi Anak Obesitas
Anissa Aryati | 30 April 2020
Sebagai orangtua melihat anak memiliki inisiatif berpuasa tentu membanggakan karena puasa bertujuan baik, selain menjadi ajang pembelajaran ibadah juga untuk mengurangi berat badan anak. Meski demikian orangtua mungkin sempat ragu apa anak dengan obesitas sanggup menjalaninya mengingat hasrat makannya yang kadang sulit terkendali.
Kondisi obesitas
Bila puasa pada anak dengan berat badan normal saja orangtua perlu mempertimbangkan usia dan kemampuan. Terlebih lagi pada anak dengan obesitas. Anak dengan obesitas tanpa disertai penyakit masih mungkin menjalani puasa tetapi anak obesitas dengan penyerta Diabetes Melitus 2 atau DM 2 sangat tidak disarankan berpuasa karena bisa menimbulkan komplikasi dan kesulitan untuk penurunan kadar gula. Hal berikut perlu diperhatikan orangtua untuk anak obesitas yang tidak disertai berbagai faktor.
- Asupan nutrisi saat sahur dan berbuka puasa harus tetap terpenuhi. Dalam hal ini jangan biarkan anak hanya sekadar minum dan menyantap takjil saja. Anak-anak tetap harus makan menu utama yang kaya protein, serat, dan nutrisi lainnya.
- Demikian pula karbohidrat harus tetap dikonsumsi guna menjaga konsentrasi anak, mencegah osteoporosis dan masalah menstruasi pada anak.
- Gantikan minuman manis seperti jus dan soda dengan air atau susu rendah lemak.
- Awasi porsi makan anak agar tidak berlebihan.
- Hindari junk food, fast food atau gorengan saat sahur dan berbuka puasa.
- Jangan biarkan anak langsung tidur setelah kenyang. Berikan sedikit aktivitas.
Manfaat puasa untuk obesitas
Pada hakikatnya puasa mengajarkan untuk menahan diri dari aktivitas makan dan minum sejak matahari terbit hingga terbenam. Pada anak puasa sebagai konsep pelatihan biasanya bisa berlaku lebih fleksibel semisal setengah hari. Namun meski demikian awal puasa tetap menjadi hari terberat bagi seorang anak tak terkecuali anak dengan obesitas yang memiliki selera dan porsi makan yang cukup besar. Hal ini tentu akan menjadi prestasi yang luar biasa apabila mereka bisa melewatinya karena bemanfaat dari sisi kesehatan.
Anak obesitas yang berpuasa dapat menurunkan kadar Ghrelin. Ghrelin adalah hormon lapar yang berperan dalam glukosa homoeostasis dan kadarnya meningkat sebelum makan dan menurun setelah makan. Dalam suatu penelitian yang dilakukan pada anak dengan obesitas berusia 4-6 tahun menyebutkan bahwa anak-anak dalam kondisi puasa memiliki kadar ghrelin yang lebih rendah dibanding ketika tidak berpuasa.
Puasa meningkatkan kesehatan metabolisme dan sensitivitas terhadap insulin. Dalam kondisi berpuasa kadar insulin akan meningkat serta risiko terkait penyakit obesitas pun menurun.
Puasa pada anak obesitas pada dasarnya sangat membutuhkan pendampingan dari orangtua khususnya dalam menjaga konsumsi makanan pada saat puasa maupun usai puasa Ramadan agar tetap stabil pola makannya.
Referensi :
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29172246/
- https://www.google.com/amp/s/www.insider.com/15-hour-fast-ramadhan-prevent-diabetes-obesity-related-illness-2019-6%3famp
- https://www.google.com/amp/s/www.momjuction.com/articles/teaching-children-about-fating_00381963/%3famp=1
- https://www.webmd.com/parenting/raising-fit-kids/weight/feaures/safe-weight-loss