KESEHATAN AYAH

Sick Building Syndrome

Banyak orang yang kurang menyadari bahwa sick building syndrome atau SBS adalah penyakit ‘sungguhan’ yang dapat menyebabkan masalah serius.

Desi Hariana | 6 Desember 2019

Sick building syndrome (sakit akibat berada di dalam gedung), sering kurang mendapat perhatian karena gejalanya mirip dengan gejala penyakit lain. Selain itu, karena gejalanya hilang saat pulang ke rumah atau pergi ke luar gedung, maka sering tidak dianggap serius. Umumnya, mereka yang mengalami SBS adalah pekerja yang harus berada di dalam gedung cukup lama, lebih sering terjadi pada pria. 

Gejala yang dialami

Ada beberapa gejala yang dirasakan oleh para penderita sick building syndrome yang juga sering muncul sebagai gejala penyakit lain, influenza misalnya. Berikut gejala yang perlu diwaspadai:

  • sakit tenggorokan
  • sesak atau sulit bernapas
  • bersin-bersin dan pilek
  • panas di dalam hidung
  • kulit kering dan gatal-gatal
  • pusing atau ‘kliyengan’
  • pelupa dan sulit berkonsentrasi
  • mual
  • badan pegal-pegal
  • demam dan menggigil

Namun tak semua orang mengalami gejala yang sama. Ada pula yang tidak merasakannya sama sekali, ada yang begitu sensitif sehingga mengalami gejala yang cukup parah (misalnya pada pengidap alergi atau asma), ada juga yang justru mengalami efek tunda, baru merasakan gejala setelah berada di luar gedung. Pada umumnya, penderita SBS merasakan beberapa gejala tersebut saat berada di dalam gedung, dan gejala menghilang saat ke luar dari gedung. 

Apa sih, penyebabnya?

Masalahnya ada pada gedung yang ditempati kemudian memberikan efek buruk bagi kesehatan Anda. Pemeliharaan gedung yang buruk atau beberapa hal yang kurang menjadi perhatian pemilik gedung atau perusahaan tempat Anda bekerja, menyebabkan kondisi lingkunan kerja pun kurang baik. 

Kita perlu mewaspadai beberapa hal yang dapat menyebabkan sick building syndrome berikut ini:

  • ventilasi yang buruk atau AC yang kotor/jarang diservis
  • asap dan debu
  • lampu yang terlalu terang atau sebaliknya
  • dinding atau karpet yang lembab dan berjamur
  • bau cat atau pernis furnitur yang terlalu kuat
  • asbes (bahkan penggunaan elemen asbestos ini bersifat karsinogenik untuk manusia)
  • uap bahan kimia dari bahan pembersih ruangan
  • penggunaan pestisida
  • karbon monoksida (gas tak berbau yang merupakan hasil pembakaran)
  • tingkat stres yang tinggi
  • suhu terlalu panas atau kelembaban rendah
  • ruang kerja terlalu berisik
  • kotoran binatang atau serangga

Penanganan SBS

Jika Anda menemukan beberapa gejala sudah terlalu sering muncul tanpa diketahui penyebabnya, segeralah datang ke dokter. Buatlah catatan tentang gejala yang dialami, juga frekwensinya sekaligus penyebab yang menjadi kecurigaan Anda. Memang sulit untuk menentukan secara langsung apa penyebab sick building syndrome yang diderita seseorang. 

Untuk mengetahui penyebabnya, dokter akan melakukan sistem eliminasi, dengan mencoret kemungkinan segala hal yang berkaitan dengan kondisi kesehatan saat itu, contohnya bagi penderita asma atau alergi. Dokter lalu bertanya kondisi di rumah maupun di kantor. Saat inilah catatan kita akan sangat membantu.

Cara menangani SBS harus dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah mengurangi atau meringankan gejala dengan obat-obatan. Misalnya jika muncul reaksi alergi seperti gatal di daerah mata, hidung, dan kulit, bisa diatasi dengan obat-obatan anti alergi. Penderita asma perlu lebih rajin untuk menggunakan obat-obatan pengontrol asmanya. 

Tahap kedua adalah dengan memperbaiki kualitas lingkungan tempat bekerja/ tinggal yang selama ini menjadi penyebab SBS. Tentunya hal ini perlu didiskusikan dengan supervisor atau bagian umum di kantor Anda. Berikut tipnya:

  • Gunakan bahan pembersih ruangan yang tak berbau atau mengeluarkan uap.
  • Jika ruangan berkarpet, bersihkan dengan penyedot debu secara berkala.
  • Bersihkan AC setiap dua atau tiga bulan sekali.
  • Enyahkan jamur atau sudut-sudut lembab di ruangan.
  • Selalu cek kekuatan lampu, monitor komputer, TV, atau peralatan display lainnya agar tidak terlalu terang atau redup cahayanya.
  • Hindari menumpuk berbagai boks di dalam ruangan yang sama dengan manusia.
  • Pastikan ruangan memiliki ventilasi yang baik, serta cahaya dapat dengan bebas masuk ke dalam ruangan.
  • Upaya lainnya yang bisa Anda lakukan sendiri adalah sesekali ke luar ruangan untuk menikmati udara segar atau misalnya dengan makan siang di luar kantor.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan