Tantangan yang Dialami oleh Anak dengan ADHD
Desi Hariana | 3 Agustus 2023
Tidak bisa diam, impulsif, dan spontan, sebenarnya dialami oleh hampir semua anak kecil. Memang mereka sedang dalam masa mengeksplorasi dunia sekitar. Selain itu, bukan hal yang aneh apabila ada anak yang sulit mendengarkan, mengingat, atau mengikuti instruksi di usia-usia balita. Namun bagi anak dengan ADHD (attention deficit/hyperactivity disorder) perilaku dan tantangan yang dialami jauh lebih besar dibandingkan anak-anak tipikal lainnya.
Mudah frustrasi
Anak dengan ADHD mudah merasa frustrasi dan kewalahan dengan tugas-tugas yang harus dilakukan. Mereka mengalami kesulitan meregulasi emosi dan bermasalah dalam melakukan fungsi eksekutif, seperti merencanakan, memprioritaskan, memperhatikan, dan mengingat secara detail.
Bayangkanlah seorang anak yang tak bisa diam, bermasalah jika harus memperhatikan, dan sulit mengatur emosinya. Apalagi jika hal-hal ini berlanjut terus hingga dewasa. Itu sebabnya anak dengan ADHD sering dianggap tidak dewasa sesuai usianya dan akhirnya sering kali menganggu hubungan mereka dengan orang lain.
Salah satu yang sering membuat anak dengan ADHD frustrasi adalah ketika harus membuat keputusan dari sekian banyak pilihan. Misalnya ketika ia diminta memilih satu rasa es krim dari 25 jenis yang ditawarkan. Mereka akan sibuk berpindah dari satu pilihan ke pilihan yang lain dan tak juga dapat membuat keputusan. Akhirnya baik anak maupun orangtua sama-sama merasa frustrasi.
Oleh karena itu, sebaiknya anak dengan ADHD tidak diberi pilihan atau alternatif yang terlalu banyak, 1-3 pilihan saja sudah cukup.
Mudah lupa
Anak usia balita umumnya memang masih sulit mengingat di mana mainannya berada, atau sering ketinggalan barang seperti tempat minum di taman bermain. Namun anak yang sudah memasuki usia sekolah pada umumnya sudah mampu bertanggung jawab pada barang-barang tersebut, bahkan (walaupun harus diingatkan berkali-kali), mampu mengembalikan barang pada tempatnya.
Bagi anak dengan ADHD, hal ini tidak mudah untuk dilakukan. Begitu barang tersebut tidak menempel di tubuhnya, atau tidak ia gunakan, maka ia akan melupakannya. Bahkan saat benda tersebut ada di depan matanya, ia tak akan melihat hubungan apapun dengan benda tersebut. Sehingga tak aneh jika anak dengan ADHD tak tahu di mana ia menaruh barangnya terakhir kali (dan mungkin tak berniat untuk mencarinya juga).
Mudah terdistraksi
Mendorong anak untuk melakukan sebuah aktivitas seperti mandi atau makan kadang memang menjadi ‘pergulatan’ sehari-hari bagi para orangtua. Namun sejalan dengan pertambahan usia, pada umumnya anak akan lebih mudah melakukan berbagai aktivitas harian tersebut, bahkan tanpa perlu disuruh oleh orangtua lagi.
Berbeda halnya dengan anak dengan ADD, cara berpikir mereka memang unik. Anak dengan ADHD mudah terdistraksi, tidak menyukai aktivitas yang butuh waktu lama untuk dikerjakan, dan sering merasa terdiskoneksi dengan sekitarnya. Sehingga melakukan berbagai aktivitas itu sering kali bukan sesuatu yang ‘penting’ dalam pikirannya, bahkan tak terpikirkan.
Itu sebabnya anak ADHD sering diberi label sebagai anak yang ‘pemalas’. Padahal, bisa jadi karena dalam pikiran mereka, aktivitas tersebut:
- tidak penting untuk dilakukan
- tidak menarik
- perlu usaha dan waktu yang terlalu lama untuk melakukannya
- teralihkan pada hal lain.
Masih banyak hal yang sebenarnya membuat orang lain sering salah paham dalam memandang individu dengan ADHD. Jika Anda memiliki anak, saudara, murid, atau teman yang mengalami ADHD, sebaiknya cari tahu lebih banyak tentang gangguan ini agar lebih mudah memahami perilaku dan cara mereka berpikir.
Referensi:
