MITOS & FAKTA

Tentang ASI

Banyaknya informasi yang beredar tentang ASI dan menyusui, juga diikuti oleh maraknya mitos yang dapat memengaruhi kemampuan ibu dalam memberikan ASI. Ayo, kita ketahui faktanya!

Dewi Indira | 2 Agustus 2020

Dalam memperingati Pekan ASI Dunia 1-7 Agustus, kita diingatkan kembali mengenai pentingnya pemberian ASI bagi bayi. Salah satunya adalah dengan mampu membedakan mitos dan fakta tentang ASI. Alangkah baiknya jika ibu dapat bertanya pada sumber yang terpercaya agar pemberian ASI dapat berjalan lancar.

Apa saja fakta dan mitos yang banyak beredar di masyarakat?

Mitos 1. Jika ASI belum atau tidak lancar keluar, maka dapat digantikan dengan susu formula

Faktanya: ASI tidak dapat digantikan oleh cairan apapun. ASI awal atau yang sering disebut kolostrum hanya diproduksi sedikit. Sekitar dua sendok teh untuk dua hingga 3 hari. Tidak aneh jika di masa-masa ini, ibu merasa ASI tidak keluar, dan mengira dirinya tidak bisa memproduksi ASI. 

Padahal pada fase tersebut, bayi memang belum membutuhkan banyak ASI. Bayi hanya butuh kolostrum yang jumlahnya sedikit namun mengandung  imunoglobulin A (IgA) serta beberapa jenis antibodi lainnya bagi bayi. IgA berperan untuk memberi lapisan pada saluran pencernaan agar kuman, bakteri, serta virus pembawa penyakit tidak dapat masuk ke dalam aliran darah.

Mitos 2. Jika ibu sakit, bayi akan tertular penyakit ibu melalui ASI.

Faktanya: Jika ibu sakit, maka sel darah putih ibu yang sudah kebal terhadap penyakit yang pernah diderita ibu, akan masuk ke aliran darah bayi melalui ASI. Sehingga bayi akan lebih terlindungi dibandingkan yang tidak langsung disusui oleh ibunya.

Mitos 3. Agar menghasilkan banyak ASI, Ibu harus banyak makan sayuran.

Faktanya: Prinsip produksi ASI adalah ‘supply and demand’. Semakin sering dan banyak ASI dikeluarkan, semakin banyak pula produksinya. Selain itu, yang ikut memengaruhi produksi ASi adalah hormon oksitosin, hormon ini dihasilkan apabila ibu merasa bahagia dan selalu positive thinking.

Makanan yang dipercaya ibu dapat memperbanyak ASI (seperti misalnya beberapa jenis sayuran), membuat tubuh dan pikiran ibu tersugesti dan akhirnya menghasilkan ASI yang lebih banyak lagi. Hal ini berlaku sebaliknya. Apabila ibu pesimis merasa kurang, tidak percaya diri, dan sebagainya maka ASI akan sedikit walaupun banyak makan sayuran.

Mitos 4.Ibu yang melahirkan Caesar akan sulit melakukan IMD atau inisiasi menyusui dini.

Faktanya: Ibu yang melahirkan melalui operasi Caesar tetap dianjurkan untuk melakukan IMD. Hal yang harus diperhatikan dan dipersiapkan adalah mendiskusikan hal ini dengan dokter dan pihak rumah sakit. Pasangan pun perlu mengetahui tata laksana IMD secara benar. Bayi dengan kelahiran Caesar tetap dianjurkan untuk IMD walaupun kemungkinan untuk bayi bisa sampai ke puting ibunya tidak sebesar bayi dengan kelahiran normal. Hal ini disebabkan bayi sudah terpapar obat sewaktu ibu operasi, sehingga ia agak mengantuk.

Mitos 5. Agar bayi tidak 'kuning' dan demam, dapat diberi makanan atau minuman lain sebelum ASI keluar.

Faktanya: Bayi kuning (jaundice) disebabkan oleh sel darah merah yang terurai karena mati menghasilkan partikel yang disebut bilirubin. Zat tersebut tidak larut dalam air sehingga harus diantar ke hati untuk diubah menjadi partikel yang bisa larut dalam air. Sebagian akan dikeluarkan melalui urin dan sebagian lagi berupa feses. 

Karena hati bayi belum cukup matang, sehingga terjadilah jaundice ini. Cara mengatasinya hanya dengan disusui sesering mungkin. Enzim pencernaan yang belum sempurna membuat makanan selain ASI belum disarankan memasuki perut bayi.

Mitos 6. Pemberian air putih kepada bayi baru lahir hingga usia 6 bulan tidak akan merugikan.

Faktanya: Pemberian air putih sesungguhnya tidak diperlukan karena kandungan ASI itu sendiri mengandung air. Hal ini menjadikan bayi berusia di bawah 6 bulan tidak perlu diberikan cairan apapun selain ASI. Semua kebutuhan nutrisi bayi dari 0-6 bulan sudah lengkap terkandung dalam ASI. Pemberian cairan lain dapat memberikan risiko bayi terpapar bakteri.

Happy breastfeeding! 

Dewi Indira adalah Konselor Laktasi dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI).

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan