Trauma Kepala Ringan pada Anak
Desi Hariana | 19 November 2019
Kepala terbentur, kejedot, atau terjatuh merupakan trauma kepala pada anak yang tidak jarang terjadi sehari-hari. Penyebab trauma kepala ringan (minor) yang paling sering terjadi pada anak adalah jatuh, kecelakaan (kendaraan bermotor, pejalan kaki dan sepeda), tertimpa atau terlempar benda, kekerasan, cedera olahraga, dan yang juga berbahaya, akibat kekerasan.
Sebagian besar trauma kepala pada anak merupakan trauma kepala ringan yang tidak berhubungan dengan cedera otak, dan tidak membutuhkan terapi spesifik. Akan tetapi, sekitar 5% anak dengan trauma kepala ringan, mengalami cedera otak yang secara klinis penting dan memerlukan penanganan dokter segera.
Trauma kepala ringan (minor)
Penelitian di Inggris menemukan bahwa 55% trauma kepala terjadi pada usia kurang dari 5 tahun, dan 98% diantaranya memiliki skor Glasgow Coma Scale (GCS) 15. GCS adalah sistem yang mengukur kesadaran seseorang berdasarkan respons mata, verbal, dan gerak yang ditunjukkannya. GCS 15 adalah angka tertinggi (kesadaran terbaik). Dari 195 anak yang memiliki skor GCS 15 pada pemeriksaan pertama, ternyata 11 anak (5%) menunjukkan adanya gangguan serius di kepala saat dilakukan CT scan.
Bagi para dokter, untuk anak berusia dua tahun atau lebih, trauma kepala ringan ditentukan apabila saat pemeriksaan pertama skor GCS 14-15, tidak ada hal yang abnormal pada pemeriksaan neurologi, dan tidak ada tanda retak pada tulang tengkorak atau dasar tulang tengkorak.
Trauma kepala ringan pada anak berusia kurang dari dua tahun adalah apabila terdapat riwayat atau tanda fisik trauma benda tumpul pada kulit kepala, tulang tengkorak, atau otak, namun anak memiliki kesadaran yang baik, atau dapat dibangunkan dengan suara atau sentuhan ringan.
Kriteria yang berbeda digunakan pada anak berusia kurang dari dua tahun karena cedera otak sering tidak disertai gejala, retak tulang kepala atau cedera otak dapat saja terjadi meskipun trauma tidak berat, dan lebih sering terjadi cedera yang disengaja (misalnya akibat kekerasan pada anak).
Menangani trauma kepala ringan
Anak yang mengalami trauma kepala ringan biasanya memperlihatkan gejala sebagai berikut:
- sakit kepala ringan
- rasa mual (tidak sampai muntah)
- kliyengan atau pusing yang juga ringan
- pandangan sedikit kabur.
Trauma kepala ringan biasanya juga menyebabkan benjolan atau lebam. Selama anak sadar dan tidak ada luka yang dalam, kemungkinan besar memang tidak ada gangguan serius. Jika anak menangis, beri minum dan tenangkan dirinya, beri kompres dingin di bagian yang lebam atau benjol untuk mengurangi pembengkakan. Jika ia pusing, beri parasetamol dengan dosis sesuai berat badannya. Tetap diawasi dalam kurun waktu 24 jam, untuk memastikan kondisinya tidak memburuk.
Kondisi anak memburuk, segera bawa ke dokter
Segera bawa anak ke dokter jika muncul beberapa gejala yang menunjukkan bahwa kondisinya memburuk, misalnya:
- Sakit kepala semakin menjadi
- Anak menangis terus menerus, sulit ditenangkan
- Tidak mau makan
- Muntah-muntah
- Ada cairan yang keluar dari telinga atau hidung
- Linglung
- Hilang keseimbangan
- Bicara ‘pelo’, mirip orang stroke
- Kejang
- Kulit menghitam atau membiru di bawah mata dan di belakang telinga
Jika ada tanda-tanda seperti demikian, segera bawa anak ke dokter.
Konsultan:
- dr. Amanda Soebadi, Sp.A(K)
- dr. Rilie Armeilia
Referensi:
- https://www.nhsinform.scot/illnesses-and-conditions/injuries/head-and-neck-injuries/minor-head-injury#about-minor-head-injuries
- https://www.mayoclinic.org/first-aid/first-aid-head-trauma/basics/art-20056626